Laporan keuangan Garuda Indonesia dan pernyataan Luhut Panjaitan soal bandara di Morowali jadi sorotan utama berita ekonomi Senin lalu. Dua topik ini mendominasi perbincangan, masing-masing dengan cerita dan dinamikanya sendiri.
Laba Garuda Terpangkas, Manajemen Beberkan Penyebabnya
Kondisi Garuda Indonesia lagi tidak mudah. Di kuartal ketiga 2025, maskapai pelat merah itu mencatat penurunan pendapatan hingga 10,53 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Angkanya sekitar 842,16 juta dolar AS, atau kalau dirupiahkan kira-kira Rp 14,03 triliun.
Yang lebih mencolok, laba bersih perseroan anjlok nyaris 30 persen. Cuma tersisa 37,93 juta dolar AS.
Lalu apa penyebabnya? Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, punya penjelasan. Menurutnya, program pemeliharaan pesawat yang sedang intensif dilakukan jadi faktor kunci.
"Program maintenance yang sedang berlangsung ini secara langsung menekan kapasitas produksi kita," ujar Thomas dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (1/12).
Ia melanjutkan, dampaknya berantai. Armada yang bisa terbang berkurang, volume penumpang dan kargo pun ikut turun. "Akhirnya, pendapatan, laba operasional, sampai laba bersih semuanya terdampak," jelasnya.
Rinciannya cukup jelas menggambarkan tekanan itu. Pendapatan dari penumpang merosot 11,36 persen. Sektor kargo juga ikut lesu, turun 3,81 persen. Hanya pendapatan lain-lain yang naik tipis, tapi itu jelas tak cukup untuk menopang keseluruhan.
Artikel Terkait
Shopee Rayakan 10 Tahun dengan Kisah UMKM dan Warisan Budaya
Harga Minyak Melonjak, Dipicu Serangan Ukraina dan Sikap OPEC
Pertamina Buka Jalur Darurat BBM untuk Penanganan Bencana di Sumatera
Emas dan Perak Melonjak, Dolar Terpuruk di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS