Jalan panjang telah dilalui Superbank. Awalnya, bank ini berdiri di Bandung pada 1993 dengan nama PT Bank Fama International. Kepemilikannya pun berganti-ganti tangan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya benar-benar bertransformasi menjadi bank digital.
Pada 2021, Grup Emtek mengambil alih melalui dua entitasnya: PT Elang Media Visutama dan PT Nusantara Berkat Agung. Tak lama kemudian, di tahun 2022, raksasa teknologi Grab dan Singtel masuk sebagai mitra strategis. Lalu, di 2023, giliran konsorsium yang dipimpin KakaoBank yang menanamkan modalnya.
Identitas baru sebagai bank digital semakin ditegas dengan rebranding menjadi Superbank pada Februari 2023. Mereka juga memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta, sebuah langkah strategis untuk memperkuat positioning di dunia teknologi keuangan.
Perkembangannya memang terbilang eksplosif. Integrasi dengan ekosistem digital Grab dan OVO menjadi motor penggerak utamanya. Sejak aplikasinya diluncurkan untuk publik pada Juni 2024, jumlah pengguna aktifnya melesat tajam. Dari yang semula di bawah 20.000 pengguna pada April 2024, angkanya membengkak menjadi sekitar 4 juta pengguna per 30 Juni 2025. Fakta yang menarik, 64,4% dari total pengguna itu didapatkan melalui akuisisi di aplikasi Grab dan OVO.
Fokus Superbank jelas: inklusi keuangan, terutama untuk segmen UMKM dan masyarakat yang selama ini kurang terjangkau layanan perbankan konvensional. Layanannya cukup beragam, mulai dari rekening tabungan (Tabungan Utama, Saku by Superbank, Celengan by Superbank), deposito berjangka dengan imbal hasil yang menarik, hingga pinjaman digital seperti Pinjaman Atur Sendiri (PAS). Mereka juga punya solusi untuk pembayaran dan remitansi.
Data per 30 Juni 2025 menunjukkan kinerja mereka. Jumlah nasabah simpanan digital mencapai 4,0 juta, dengan total simpanan sebesar Rp 8,43 triliun. Di sisi kredit, nilainya mencapai Rp 8,85 triliun, dimana kredit ritel dan UMKM menyumbang Rp 6,05 triliun. NPL Bruto tercatat 2,70%, sementara Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level yang sangat kuat, yaitu 74,74%.
Artikel Terkait
Pemegang Kendali ISSP Gelontorkan Rp 1,52 Miliar untuk Borong 3,52 Juta Saham
Saham Konglo Hapsoro Melesat, RAJA dan Kawan-kawan Cetak Rekor Baru
IHSG Berayun di Awal Perdagangan, Sektor Kesehatan dan Energi Jadi Penopang
KB Bank Ganti Aset Macet dengan Sukuk, Genjot Fondasi Bisnis