Harga Minyak Melonjak 1,3% Dihantu Ketegangan Rusia dan Sinyal The Fed

- Selasa, 25 November 2025 | 08:15 WIB
Harga Minyak Melonjak 1,3% Dihantu Ketegangan Rusia dan Sinyal The Fed

Sementara itu di Amerika, Gubernur Fed Christopher Waller memberikan sinyal penting. Katanya, data pasar tenaga kerja terbaru menunjukkan kondisi yang cukup lemah untuk mendukung pemotongan suku bunga seperempat poin.

Logikanya sederhana: suku bunga rendah bisa memacu pertumbuhan ekonomi, yang ujung-ujungnya mendongkrak permintaan minyak.

Tapi para broker global masih belum satu suara. Mereka terbelah soal kemungkinan Fed benar-benar akan menurunkan suku bunga di pertemuan Desember nanti. Data pekerjaan pekan lalu memang memberikan sinyal yang campur aduk.

Di Eropa, situasinya juga nggak terlalu cerah. Survei terbaru di Jerman menunjukkan sentimen bisnis justru turun tak terduka di November. Perusahaan-perusahaan semakin pesimis dengan prospek pemulihan ekonomi mereka.

JPMorgan memproyeksikan harga Brent di USD57 per barel dan WTI di USD53 pada 2027. Untuk 2026, mereka pertahankan perkiraan di level USD58 dan USD54.

Berita terpisah datang dari Venezuela. AS secara resmi menetapkan kartel Cartel de los Soles sebagai organisasi teroris asing. Sanksi terorisme ini menimpa kelompok yang menurut Washington melibatkan Presiden Nicolas Maduro dan sejumlah pejabat tinggi.

Sebagai anggota OPEC, sanksi terhadap Venezuela ini cenderung menopang harga minyak global karena membatasi ekspor mereka.

Oh ya, Presiden AS Donald Trump juga sempat bercakap telepon 'sangat baik' dengan Presiden China Xi Jinping. Mereka bahas perang Ukraina, perdagangan fentanyl, plus kesepakatan untuk sektor pertanian.

Buat pelaku pasar energi, komunikasi positif antara dua raksasa ekonomi dunia ini jelas jadi angin segar. Hubungan baik AS-China biasanya bikin permintaan minyak lebih optimis.


Halaman:

Komentar