Pada 2022, bantuan krusial datang. Perusahaan membangun Rumah Produksi Srikandi berukuran 5x12 meter, lengkap dengan mesin grinder, mesin packaging, dan botol ekstraksi. Kini, usahanya sudah berjalan stabil dengan produksi sekitar 500 pieces per bulan.
Varian rasanya beragam, dari cokelat, stroberi, matcha, hingga oatmilk kurma kolagen. Omzetnya pun menggiurkan, berkisar Rp 25-30 juta per bulan.
Yang menarik, dampaknya ternyata meluas. Hingga saat ini, UMKM Seha telah mengolah 22 ton limbah sisik ikan sejak 2020. Tak cuma itu, 15 orang masyarakat lokal terlibat dalam proses produksi dengan pendapatan tetap Rp 1–1,5 juta per bulan.
Program cek kesehatan gratis bulanan juga rutin diadakan untuk lebih dari 200 penerima manfaat. Bahkan tiga anak karyawan berhasil kuliah, dua di antaranya melalui program KIP Kuliah.
Keberhasilan ini menjadi contoh nyata kontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya dalam pengentasan kemiskinan, penciptaan pekerjaan layak, dan produksi bertanggung jawab.
PT Paiton Energy sendiri, sebagai salah satu produsen listrik swasta terbesar dengan kapasitas 2.045 MW, aktif melakukan transisi energi. Mereka menguji coba Co-firing Biomassa, memasang PLTS 1.013 KW, serta mengembangkan Hutan Tanaman Energi seluas 250 hektar.
Semua inisiatif ini berjalan di bawah konsep Pentahelix program CSR Paiton bErsiNERGY. Dari limbah sisik ikan yang tak berharga, lahir cerita sukses yang menginspirasi.
Artikel Terkait
Wall Street Bangkit, Dipicu Sinyal Potongan Suku Bunga dari Fed
BRMS Pacu Proyek Emas dan Tembaga dengan Suntikan Dana Rp10,3 Triliun
NSSS Bantah Keras Isu Akuisisi Anak Usaha oleh Widodo Makmur Unggas
Bea Cukai Gagalkan Ekspor Fiktif, dari Dokumen Rokok hingga Muatan Air Mineral