Tidak cuma urusan dalam negeri, paket stimulus ini juga menyentuh sektor pertahanan dan diplomasi. Ada alokasi sekitar 10,8 miliar dolar AS untuk memperkuat kedua bidang itu. Dari jumlah tersebut, 7 miliar dolar AS digunakan untuk mempercepat target belanja pertahanan menjadi 2 persen dari PDB tahun ini. Rencana ini jadi lebih cepat dua tahun dari jadwal semula.
Lalu, ada juga dana cadangan sekitar 4,4 miliar dolar AS yang disiapkan untuk menangani bencana alam atau insiden tak terduga, seperti serangan beruang yang belakangan ramai diberitakan.
Di tengah semua ini, ada secercah kabar baik. Survei terbaru dari Asahi News Network (ANN) menunjukkan bahwa dukungan terhadap kabinet Takaichi justru naik menjadi 67,5 persen. Mayoritas warga tampaknya optimistis bahwa paket ekonomi ini bisa membawa perubahan.
Namun begitu, masalah pendanaan tetap jadi tantangan. Pemerintah kemungkinan harus menerbitkan lebih banyak obligasi dibandingkan tahun lalu untuk membiayai semua ini. Kekhawatiran soal utang ini bikin imbal hasil obligasi jangka menengah dan panjang melonjak ke level tertinggi sejak 2008.
Tak hanya itu, nilai tukar yen pun ikut melemah, bahkan menerobos level 157 per dolar. Ini adalah level terlemah sejak Januari lalu, dan sudah pasti membuat para pejabat pemerintah waspada.
Meski begitu, lembaga pemeringkat S&P punya pendapat lain. Mereka menilai bahwa kondisi fiskal Jepang yang lemah dan utang yang sudah sangat besar sebenarnya sudah lama tercermin dalam peringkat mereka. Jadi, pelemahan tambahan seperti ini tidak serta merta akan mengubah prospek secara drastis.
Takaichi sendiri memperkirakan, penerbitan obligasi baru tahun ini akan tetap berada di bawah level tahun lalu, yang sekitar 266 miliar dolar AS. Sebelumnya, pemerintah memang berencana mengurangi penerbitan obligasi sebesar 20 persen dalam anggaran awal.
Yang menarik, ekonomi Jepang sendiri sebenarnya baru saja mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam kuartal, tepatnya pada periode Juli–September. Kontraksi ini sebagian besar disebabkan oleh dampak tarif AS.
Paket stimulus ini juga bertujuan memperkuat lembaga keuangan pemerintah, seperti Bank Jepang untuk Kerja Sama Internasional (JBIC) dan Nippon Export and Investment Insurance (NEXI). Penguatan ini penting untuk menjalankan dana investasi senilai 550 miliar dolar AS dalam kerangka kesepakatan tarif Jepang–AS.
Terakhir, pemerintah juga dikabarkan sedang mencari sumber pendanaan baru. Dana ini rencananya akan diinvestasikan di sektor-sektor strategis, seperti industri kapal, teknologi kuantum, dan pengelolaan mineral kriti
Artikel Terkait
IHSG Menguat Tipis di Tengah Aksi Jual Asing yang Masih Berlanjut
Program Power Hero PLN: Diskon 50% Tambah Daya Listrik Berlaku hingga Akhir 2025
Diskon Tiket Nataru KAI dan Bobby Nasution Usul Solusi Judol untuk ASN
Mentan Amran Bongkar 31 Kasus Pungli Alsintan, Modusnya Petani Dipaksa Bayar Padahal Gratis