Rupiah Merangkak Naik di Tengah Badai Sentimen Global

- Jumat, 21 November 2025 | 17:40 WIB
Rupiah Merangkak Naik di Tengah Badai Sentimen Global

Pendapat serupa datang dari Gubernur Fed Michael Barr. Ia mengaku khawatir inflasi masih bertengger di angka 3 persen. Komentarnya ini jelas cenderung hawkish.

Kabar baik justru datang dari dalam negeri. Bank Indonesia melaporkan transaksi berjalan Indonesia surplus USD4,0 miliar atau 1,1 persen dari PDB pada kuartal III-2025. Ini adalah surplus pertama setelah 10 kuartal terakhir. Posisinya berbalik 180 derajat dibanding kuartal sebelumnya yang defisit USD2,7 miliar.

Surplus ini ditopang kinerja neraca perdagangan yang membaik, terutama dari sisi nonmigas. Defisit neraca jasa juga menyusut seiring meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara. Di sisi lain, neraca pendapatan primer mencatat defisit yang lebih rendah. Penyebabnya, pembayaran imbal hasil investasi asing menurun seiring berakhirnya periode pembayaran dividen dan kupon.

Tapi, tak semuanya mulus. BI mencatat defisit neraca perdagangan migas justru membesar, sejalan dengan melambungnya harga minyak global. Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali.

Sayangnya, investasi portofolio malah mencatat defisit. Ini terutama didorong aliran keluar modal asing dari surat utang. Investasi lainnya juga defisit, dipengaruhi kenaikan pembayaran pinjaman sektor swasta. Akibatnya, transaksi modal dan finansial triwulan III 2025 defisit USD8,1 miliar.

Dengan segala perkembangan tadi, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif di sesi berikutnya. Potensi pelemahan masih mengintai, dengan perkiraan range Rp16.710 sampai Rp16.740 per dolar AS.


Halaman:

Komentar