Canting dan Cita-cita: Kisah Rantiyem Menghidupkan Kembali Warisan Batik

- Kamis, 20 November 2025 | 18:30 WIB
Canting dan Cita-cita: Kisah Rantiyem Menghidupkan Kembali Warisan Batik

Sudah lebih dari tiga puluh tahun perjalanan hidup Rantiyem. Perempuan tangguh ini adalah salah satu nasabah Program Mekaar yang dibina oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Kisahnya dimulai jauh di tahun 1990-an, saat ia masih remaja dan aktif membantu orang tuanya yang punya usaha batik rumahan. Ia akrab dengan canting, mencelup warna, dan menjemur kain. Namun, hidup membawanya berkelana. Setelah menikah, ia ikut suami merantau dan banting tulang berdagang di pasar demi menghidupi keluarga.

Bertahun-tahun ia bertahan di pasar tradisional. Awalnya, modal pas-pasan. Tapi kemudian, jalan terbuka. Rantiyem bergabung dengan PNM Mekaar. Di sinilah ia tak cuma dapat suntikan dana, tapi juga pendampingan usaha. Modal pertamanya itu ia gunakan untuk mengembangkan dagangan di pasar—menambah stok, menjaring lebih banyak pelanggan.

Namun begitu, di tengah kerasnya hidup berjualan di pasar, ada kerinduan yang mengendap. Ia teringat pada keahlian lamanya: membatik. Baginya, itu bukan cuma soal cari untung. Lebih dari itu, ini warisan. Jangan sampai punah. Dengan dukungan dan pelatihan dari PNM Mekaar, Rantiyem pun memberanikan diri. Ia mulai merintis kembali usaha batik dari rumah.

"Dari kecil sebenarnya saya sudah bisa membatik, waktu bantu orang tua," kenangnya. "Setelah dapat pendampingan dan dukungan dari PNM, saya memberanikan diri mengurus izin usaha. Semua proses dan dokumen dibantu, jadi saya lebih yakin untuk mengembangkan usaha ini."

Dukungan PNM tak berhenti di situ. Mereka juga memfasilitasi Rantiyem mengikuti berbagai pelatihan dan bazar UMKM. Dari sanalah pesanan mulai berdatangan. Namanya pun makin dikenal sebagai pembatik rumahan dengan motif yang khas dan punya cerita.


Halaman:

Komentar