Di sisi lain, kondisi kesehatan dan sosial juga terekam. Angka kematian bayi dan ibu masih menjadi perhatian. Begitu pula dengan angka kelahiran total yang tercatat 2,14, lebih rendah dari jumlah anak yang diinginkan oleh perempuan usia subur di IKN. Ini mengindikasikan adanya underachieved fertility, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam hal fertilitas.
Pendataan ini juga berhasil memetakan kondisi nyata tempat tinggal warga. Hasilnya, masih ada ratusan rumah tangga yang hidup dengan lantai tanah, tanpa fasilitas toilet layak, mengandalkan air hujan untuk minum, atau bahkan belum menikmati aliran listrik. Data geotagging ini diharapkan bisa memandu intervensi kebijakan yang lebih tepat sasaran.
Amalia menekankan bahwa hasil Pendataan Penduduk IKN (PPIKN) 2025 ini punya nilai strategis yang besar.
"Selain menyediakan data penduduk yang lengkap, kegiatan ini menghasilkan indikator kependudukan untuk perumusan kebijakan, menyediakan geotagging rumah tangga untuk intervensi yang lebih presisi, serta menjadi kerangka dasar bagi survei dan analisis strategis di wilayah IKN ke depan," jelasnya.
Pendapat senada datang dari Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy. Baginya, data ini adalah fondasi.
"Sensus bukan sekadar pendataan melainkan upaya negara untuk lebih memahami warganya," ucap Rachmat.
Proses pendataan yang berlangsung dari 1 Juli hingga 15 Agustus 2025 itu sendiri melibatkan 856 petugas lapangan yang direkrut dari masyarakat sekitar. Sebuah upaya kolosal untuk memahami wajah demografi ibu kota baru.
Artikel Terkait
Arus Kendaraan di Lima Ruas Tol Meningkat Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
Google Larang Karyawan Bervisa AS Keluar Negeri, Khawatir Terdampar
Muatan Besi Terguling, Dua Nyawa Melayang di Jalan Raya Cakung
Pasca Bencana Agam, Pertamina Salurkan Bantuan Langsung ke Titik Terdampak