“Bagi Pertamina, penyaluran energi merupakan prioritas utama. Sejak awal bencana, Perwira dan relawan Pertamina bergerak cepat di lapangan,” ujar Baron.
Dia menggambarkan betapa sulitnya medan yang dihadapi. Relawan harus memanggul BBM, memanjat, menaiki truk, dan melewati rintangan berat. Semua dilakukan bukan karena surat perintah semata.
“Upaya ini dilakukan dengan kesadaran penuh sebagai bagian dari anak bangsa. Ini soal tanggung jawab moral dan kemanusiaan,” katanya lagi.
Memang, energi adalah urat nadi. Tanpa BBM dan gas, layanan kesehatan bisa lumpuh, logistik mandek, aktivitas warga pun terhambat. Karena itulah, Baron menjamin Pertamina akan terus hadir selama masa tanggap darurat hingga pemulihan berlangsung.
Di belakang layar, koordinasi terus dijalin. Pertamina bekerja sama dengan Danantara, BP BUMN, Kementerian ESDM, TNI-Polri, hingga pemda setempat. Tujuannya satu: memastikan bantuan dan distribusi energi sampai dengan aman dan tepat sasaran.
Langkah-langkah ini, pada akhirnya, adalah cara Pertamina dan keluarga besar BUMN Peduli meringankan beban saudara-saudaranya. Mereka bergerak cepat, bahu-membahu dengan masyarakat.
Sebagai perusahaan yang tengah memimpin transisi energi, komitmen Pertamina memang lebih luas. Mereka punya target Net Zero Emission 2060 dan mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs). Namun, di tengah bencana seperti ini, yang utama adalah kehadiran nyata. Prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) mereka wujudkan langsung di lapangan, dengan memanggul drum BBM dan menyalurkan air bersih ke tangan yang membutuhkan.
Artikel Terkait
Geo Dipa Pacu Pendapatan ke Rp1,07 Triliun, Andalkan Ekspansi PLTP
Prabowo Panggil Mendadak Purbaya, Pastikan Bantuan Bencana Sumatera Tak Tersendat
Seica Siap Luncurkan Single Baru, Ungkap Tantangan Sinkronisasi Jadwal
Pemerintah Inggris Akui Serangan Siber, Tapi Bungkam Soal Dalang