Pertemuan strategis digelar Kadin Indonesia dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Jumat lalu. Fokusnya jelas: bagaimana mengerek kinerja dua sektor penting, furnitur dan elektronik, sekaligus menyelami peluang Indonesia masuk ke peta rantai pasok semikonduktor dunia.
Anindya Novyan Bakrie, Ketua Umum Kadin, membuka pembicaraan dengan angka yang cukup mencengangkan. Pasar furnitur global nilainya tembus USD300 miliar. Sayangnya, porsi Indonesia di kue raksasa itu masih sangat kecil, cuma sekitar USD2,5 miliar. Memang pertumbuhannya positif, tapi ada ganjalan. Surplus perdagangan kita terus tergerus oleh membanjirnya produk impor di dalam negeri sendiri.
“Kami diskusikan jenis deregulasi atau insentif apa yang bisa digulirkan,” ujar Anindya usai pertemuan di Gedung Djuanda I Kemenkeu.
“Dari soal pendanaan, misalnya. Bagaimana caranya agar bunganya bisa lebih ringan,” tambahnya.
Lalu, bagaimana dengan elektronik? Anindya mengungkapkan, Indonesia mulai merintis industri semikonduktor lewat hilirisasi silika. Namun begitu, jalan tak sepenuhnya mulus. Kendala utama justru ada di sumber daya manusianya. Ketersediaan tenaga ahli atau insinyur yang mumpuni masih sangat terbatas.
Untuk mengatasi itu, Kadin mengusulkan kolaborasi dengan LPDP dan Kementerian Pendidikan. Tujuannya satu: mencetak lebih banyak SDM yang siap terjun ke industri bernilai tambah tinggi ini.
Dari sisi pembiayaan, suara lain muncul. Abdul Sobur, Ketua Umum HIMKI yang hadir dalam pertemuan itu, menekankan pentingnya akses modal murah. Target ekspor mebel sebesar USD6 miliar mustahil tercapai tanpanya. Salah satu usulan konkretnya adalah meningkatkan volume pendanaan melalui LPEI.
Artikel Terkait
Polytron G3 Geser Raksasa China di Pasar Mobil Listrik
API Desak Pemerintah Awasi Ketat PP Pengupahan, Khawatir Ancam Industri dan Pekerja
Indonesia Lampaui Target, Raih Emas ke-85 di Voli Pantai SEA Games
Aitana Bonmati dan Sarina Wiegman Kembali Berjaya di The Best FIFA Awards 2025