Dengan kepemilikan Exor yang mencapai 65,4%, transaksi ini sebenarnya bisa membawa keluarga Agnelli meraup keuntungan fantastis, mencapai USD 765 juta. Tapi, uang rupanya bukan segalanya.
Di sisi lain, kondisi Juventus sendiri sedang tidak prima. Tekanan keuangan masih membayangi. Sudah hampir sepuluh tahun klub ini tak mencatatkan laba bersih tahunan. Performa sahamnya pun lesu, terpantau turun 27% sepanjang tahun ini.
Menariknya, Tether bukan pemain baru di sini. Mereka sudah memegang lebih dari 10% saham Juventus, jadi pemegang saham terbesar kedua setelah Exor. Bagi Tether, memiliki klub sekaliber Juventus bisa jadi cara untuk meningkatkan kredibilitasnya. Apalagi, bisnis aset kripto mereka sedang diawasi ketat oleh regulator Uni Eropa.
Sementara itu, Exor sendiri sedang sibuk merapikan portofolio bisnisnya di Italia. Perusahaan yang juga punya andil besar di Stellantis dan Ferrari ini, sepanjang tahun telah melepas Iveco ke Tata Motors. Mereka juga dikabarkan sedang membicarakan penjualan unit bisnis medianya ke grup Antenna asal Yunani.
Jadi, penolakan ini mungkin lebih dari sekadar urusan angka. Keterikatan keluarga Agnelli dengan Juventus sudah terjalin sejak 1923. Ikatan emosional dan sejarah itu berat. Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir saja, Exor sudah menyuntikkan dana segar sekitar 1 miliar euro untuk Si Nyonya Tua. Rupanya, bagi mereka, beberapa hal memang tak ternilai harganya.
Artikel Terkait
Honda Racing Indonesia Tutup Musim dengan Dominasi Ganda di Mandalika
Lebih dari Satu Juta Hektar Izin Hutan Dicabut, Ini Perintah Langsung Prabowo
Prabowo Tegaskan Penanganan Bencana di Tiga Provinsi Sudah Terkendali
TNI Kerahkan 35.477 Personel untuk Tangani Bencana Sumatra