Menurut Otoritas Jasa Keuangan, perekonomian dunia tampak mulai menemukan titik stabilnya. Setidaknya, itu yang terlihat hingga akhir 2025 nanti. Meski begitu, jangan dulu berlega hati. Bayang-bayang risiko fiskal dan arah kebijakan moneter dari bank sentral utama masih mengintai prospek tahun depan.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, membeberkan analisisnya dalam konferensi pers RDKB, Kamis lalu. Ia melihat tanda-tanda stabilitas itu dari kebangkitan sektor manufaktur di negara-negara maju, yang kini kembali masuk zona ekspansi.
Namun begitu, Mahendra langsung memberi catatan. Sentimen pasar menuju 2026 masih diliputi kehati-hatian. Di mata para pelaku pasar global, dua hal ini yang paling mengusik: risiko fiskal yang membengkak dan tren naiknya imbal hasil obligasi jangka panjang.
Ambil contoh Amerika Serikat. Situasi ekonominya ternyata tidak seragam. Di satu sisi, pasar tenaga kerja mulai melambat. Tapi di sisi lain, tekanan datang dari penutupan pemerintahan yang berlangsung cukup lama, 43 hari, yang otomatis membebani aktivitas ekonomi.
Artikel Terkait
Empat Langkah Kunci Pemerintah Antisipasi Kemacetan Nataru
Gempa Besar di Jepang: Alarm atau Cuma Imbauan Biasa?
Ammar Zoni Dipindah ke Lapas Narkotika Jakarta Jelang Sidang Lanjutan
Polisi Lacak Aset Wedding Organizer Penipu untuk Ganti Rugi Korban Rp11,5 Miliar