Untuk naik, caranya gampang-gampang susah. Pelanggan tetap bisa mendaftar Kartu Petani dan Pedagang. Tiketnya bisa dibeli mulai H-7, dan proses boarding-nya dilakukan lebih awal. Kalau enggak punya kartu? Masih ada peluang, kok, asalkan kuota tiket umumnya masih tersisa.
Soal keamanan, KAI memastikan seluruh rangkaian sudah lulus uji teknis dan sertifikasi. Jadi, soal keselamatan dan kenyamanan, sudah terjamin.
Respon di hari pertama ternyata cukup menggembirakan. Ada 95 pengguna yang langsung memanfaatkan fasilitas baru ini. Mereka membawa bermacam-macam, mulai dari hasil pertanian segar, olahan makanan, sampai kerajinan tangan.
Di sisi lain, kehadiran kereta ini juga dilihat sebagai wujud nyata keberpihakan pemerintah. Khususnya Presiden Prabowo Subianto, yang memang punya visi membangun dari desa. Tujuannya jelas: mendorong pemerataan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.
Dengan kebijakan transportasi yang inklusif dan tarif bersubsidi, akses mobilitas para pelaku usaha rakyat jadi makin terbuka. Distribusi hasil bumi diharapkan bisa lebih cepat dan efisien. Pada akhirnya, semua ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan, memperkuat daya saing, dan tentu saja, meningkatkan kualitas hidup mereka.
Inovasi KAI ini sekaligus menegaskan perannya bukan cuma sebagai operator komersial. Lebih dari itu, mereka ingin hadir sebagai penyedia layanan sosial yang inklusif untuk masyarakat luas. Sebuah langkah kecil yang dampaknya mudah-mudahan terasa besar di lapangan.
Artikel Terkait
Optimisme Meledak: 92% Pebisnis Indonesia Siap Ekspansi ke ASEAN
Saudi dan Qatar Sepakati Kereta Cepat Penghubung Riyadh-Doha
KAI Tambah Armada Kereta Jelang Libur Nataru, Rute Utama Disiagakan
Menkeu Purbaya Pasang Kuda-kuda, Bea Keluar Logam Mulia Resmi Diterapkan