Jakarta Utara terpanggang matahari. Di Pantai Mutiara, udara bukan cuma panas, tapi juga tegang. Daratan di sini sekarang lebih rendah ketimbang permukaan laut, membuat tanggul beton itu ibarat penghalang terakhir yang sedang diuji.
Di sana-sini, air laut sudah mulai merembes. Bocoran kecil terlihat menyelinap dari celah tanggul, membasahi jalanan dan pinggirannya dengan genangan asin.
Ruli, seorang warga Penjaringan berusia 33 tahun, memandang tanggul dengan cemas. Meski rumahnya tak persis di bibir pantai, kekhawatirannya nyata. "Air laut sudah setinggi ini," ujarnya, Sabtu lalu.
"Saya takut suatu hari tiba-tiba lewat tanggul. Kalau itu terjadi, bisa habis ini. Jakarta bisa tenggelam pelan-pelan."
Baginya, kenaikan air laut tahun ini terasa berbeda lebih agresif. Tidurnya kerap tak nyenyak bila hujan deras bertemu dengan pasang tinggi. "Kalau ada bunyi aneh atau airnya makin tinggi, ya waswas lah," tuturnya.
Di lapangan, petugas bergerak cepat. Karung-karung pasir ditumpuk di titik rembesan untuk mencegah luapan. Di tempat lain, mereka membersihkan sampah yang menyumbat celah bocoran: plastik, kayu, rumput laut. Semua agar rembesan tak makin menjadi.
Menurut salah satu petugas, "Supaya rembesannya nggak bertambah besar. Sampah-sampah juga bisa menyumbat."
Di sisi lain, pemerintah daerah tak tinggal diam. Dinas Sumber Daya Air DKI telah melakukan survei untuk memetakan titik-titik rawan. Kepala Dinas SDA Jakarta, Ika Agustin Ningrum, menyebut fokus saat ini adalah perencanaan pembangunan tanggul baru.
"Untuk tanggul di Pantai Mutiara, Dinas SDA DKI Jakarta saat ini sedang melaksanakan tahap perencanaan dengan elevasi tanggul yang akan lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi tanggul saat ini," jelas Ika.
Artikel Terkait
Wamenperin Sambangi Raksasa Teknologi Italia untuk Pacu Industri Logam Hijau
Bandara Sam Ratulangi Siaga Hadapi Puncak Arus Mudik Nataru
Bobotoh Gelar Syukuran, Gol Perdana Tanque Jadi Pembuka Tekanan
Terang Kembali di Sumbar, Pasokan Listrik Pulih 100 Persen Pascabencana