Namun begitu, di tengah kekacauan mencekam itu, naluri menolong justru muncul. Yuni dan suaminya sempat menolong seorang tetangga yang terimpit reruntuhan tembok.
“Dia tertimbun. Saya bersihkan dulu mukanya. Suami bantu tarik keluar. Alhamdulillah selamat,” katanya.
Kini, di tengah puing dan sisa lumpur yang dulunya adalah rumah dan usahanya, Yuni punya harapan. Dia berharap pemerintah bisa mencarikan tempat tinggal baru bagi warga korban. Impiannya sederhana: bisa membangun lagi usaha, memulihkan ekonomi keluarga, dan membantu para pekerjanya.
“Terima kasih banyak sudah datang dan membantu. Mudah-mudahan semuanya dipercepat,” ucapnya.
Meski kehilangan harta benda, satu hal yang membuatnya tetap bertahan. “Rumah habis, usaha hilang. Tapi anak-anak selamat, itu yang paling penting.”
Bencana ini bermula pada Kamis (27/11/2025) sore, sekitar pukul lima. Banjir bandang atau galodo yang berasal dari Sungai Alahan Anggang menghujam permukiman di Kecamatan Palembayan. Dua nagari, Salareh Aia dan Salareh Aia Timur, menjadi wilayah yang paling parah terkena dampaknya.
Artikel Terkait
239 Ton Bantuan Banjir Sumatera Diterbangkan dari Lanud Halim
Listrik Lumpuh, Jaringan Telekomunikasi Aceh Masih Tersendat
Pemerintah Pacu Ekonomi 8 Persen, Andriansyah: Uang Harus Bergulir, Bukan Mengendap
Astra Auto Fest 2025: Bukan Cuma Pamer Mobil, Ada Lelang hingga Cek Kesehatan Gratis