Diam yang Berbicara: Saat Keheningan Menjadi Jiwa dalam Sebuah Lagu

- Rabu, 26 November 2025 | 21:00 WIB
Diam yang Berbicara: Saat Keheningan Menjadi Jiwa dalam Sebuah Lagu

Di sisi lain, hidup kita sekarang serba cepat dan bising. Di mana-mana ada suara: percakapan, kendaraan, notifikasi. Kita dikelilingi bunyi, tapi sering kehilangan makna. Kita mendengar banyak hal, tapi jarang benar-benar mendengarkan. Nah, di sinilah musik lewat diamnya mengajarkan kepekaan.

Beethoven, misalnya, pernah bilang bahwa musik tak hanya terdiri dari nada-nada, tapi juga dari keheningan di antaranya.

Ia sadar betul bahwa ruang kosong itu penting. Sama halnya dalam hidup tanpa jeda, tanpa diam, kita bisa kehilangan makna dari perjalanan itu sendiri.

Musik dan kehidupan punya kesamaan yang dalam. Keduanya butuh diam untuk menemukan keseimbangan. Dalam keheningan, kita belajar menenangkan diri, memahami emosi, mendengarkan suara hati. Seperti komposisi yang butuh ruang kosong di antara nada, hidup juga butuh ruang hening agar kita bisa mencerna arti dari semua yang kita jalani.

Jadi, pada akhirnya, musik bukan cuma soal yang terdengar. Tapi juga tentang yang dibiarkan tak terdengar. Keheningan memberi perspektif pada bunyi seperti bayangan yang memberi bentuk pada cahaya. Tanpa sunyi, musik kehilangan ruang untuk bernapas. Justru karena ada diam, kita bisa benar-benar mendengar.

Bagi saya, musik bicara bukan cuma ketika ia berbunyi. Tapi juga ketika ia memilih berhenti sejenak. Diam bukanlah “bukan nada” ia adalah bagian dari bahasa musik itu sendiri. Tanpa jeda, tanpa diam, tak ada penekanan. Musik cuma jadi keramaian yang lewat tanpa arti. Dan di situlah, dalam diam yang paling sunyi, musik justru berbicara dengan suara yang paling jelas.


Halaman:

Komentar