Furnitur Indonesia Beralih ke Pasar Baru Hadapi Gempuran Tarif AS

- Selasa, 25 November 2025 | 15:40 WIB
Furnitur Indonesia Beralih ke Pasar Baru Hadapi Gempuran Tarif AS

Ekspor Furnitur Dihadang Tarif AS, Pasar Nontradisional Jadi Andalan

Perubahan ekonomi global yang tak menentu memaksa Kementerian Perindustrian untuk mencari solusi baru. Kali ini, mereka mendorong para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) furnitur agar membidik pasar-pasar nontradisional. Langkah ini dianggap penting untuk mengantisipasi gejolak yang bisa menggerus kinerja ekspor nasional.

Menurut Reni Yanita, Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA), diperlukan strategi khusus. “Kita perlu jeli melihat peluang di luar Amerika Serikat,” katanya.

“Wilayah seperti Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Latin, atau bahkan negara Asia semacam India dan Jepang punya potensi yang belum sepenuhnya tergarap. Tapi ingat, masuk ke pasar Eropa itu bukan cuma soal desain yang bagus. Kepatuhan terhadap standar keamanan dan lingkungan adalah harga mati.”

Reni menyampaikan hal itu dalam keterangannya pada Selasa (25/11/2025). Meski kinerja ekspor furnitur nasional terbilang kuat, ia mengakui bahwa dinamika global tetap membayangi. Salah satu tantangan terberat datang dari kebijakan tarif resiprokal Pemerintah AS yang juga menyasar Indonesia.

Sejak 26 September 2025, tarif 50% diberlakukan untuk produk lemari dapur dan meja rias kamar mandi. Sementara itu, furnitur berlapis kain kena tarif 30%. Dampaknya langsung terasa.


Halaman:

Komentar