Percepatan ini dianggap krusial. Tujuannya, melindungi kelompok penerima manfaat dari potensi tekanan harga sekaligus menjadi bantalan agar gejolak di lapangan bisa diredam.
Selain bantuan langsung, Bapanas juga mengandalkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Program ini didorong percepatan distribusinya, baik melalui ritel modern maupun pasar tradisional. SPHP tak cuma menjaga harga tetap terjangkau bagi konsumen, tapi juga melindungi petani saat panen raya agar harga di level hulu tidak anjlok.
Data dari Kanwil Bulog Bali menunjukkan realisasi SPHP hingga saat ini. Dari target 20.157.363 kilogram, realisasi harian tercatat 8.550 kilogram dengan total akumulasi 7.955.155 kilogram atau 39,47 persen. Sisa target sebesar 12.202.208 kilogram masih terus dikejar agar harga beras tetap berada dalam koridor HET.
“Sesuai arahan Mentan/Kepala Bapanas Andi Amran Sulaiman, SPHP adalah backbone stabilisasi harga. Di Bali, realisasinya terus kami akselerasi agar efektif menjaga keterjangkauan serta memastikan intervensi dilakukan tepat di titik yang membutuhkan,” kata Andriko.
Ia menegaskan, distribusi harus dilakukan lebih agresif. Termasuk di dalamnya pemetaan ulang saluran distribusi oleh Bulog dan koordinasi dengan Ditreskrimsus untuk mengidentifikasi titik-titik yang memerlukan intervensi SPHP.
“SPHP harus berjalan sepanjang tahun dengan pola distribusi yang cermat dan terukur, disesuaikan dengan kondisi lapangan agar benar-benar tepat sasaran dan tepat waktu,” pungkasnya.
Artikel Terkait
Cak Imin Pacu Satu Juta Lahan untuk Warga Terjepit
Kebiasaan Cuci Beras di Rice Cooker Ternyata Ancam Kesehatan Otak dan Ginjal
Kapolri Pasang Mata-Mata Digital, Warga Bisa Laporkan Polisi Nakal Lewat Scan Barcode
Fiki Naki Akhirnya Sah Menjadi Suami Tina Agustin, Maharnya Emas 100 Gram