MURIANETWORK.COM - Pegiat Medsos, Dokter Tifauzia Tyassuma, kembali memberikan komentar menohok soal dinamika politik nasional.
Tifa kembali menguliti posisi Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden dan membandingkannya dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Blak-blakan, Tifa mengaku sejak 2022 sudah menyarankan Prabowo Subianto untuk menggandeng AHY sebagai calon wakil presiden.
Namun kenyataannya, Prabowo memilih Gibran sebagai pendampingnya.
"Sejak 2022 sudah saya sampaikan Prabowo sebaiknya menggandeng anaknya SBY. Karena ternyata salah menggandeng anak orang lain, ya saya batal mencoblos,” ujar Tifa di X @DokterTifa (8/9/2025).
Meski sempat kecewa, Tifa menegaskan kini ia harus bersikap di tengah isu ancaman kudeta yang ramai dibicarakan.
"Tapi sekarang ketika ancaman kudeta makin menguat, saya harus bersikap, saya mendukung Presiden! Makzulkan Gibran! Ganti dengan AHY!” tegasnya.
Dalam unggahan yang sama, Tifa juga menyematkan potongan video AHY saat berpidato menggunakan bahasa Inggris dengan lancar dan fasih.
“No komen, silakan nilai sendiri. Kita semua sudah sama-sama dewasa dan punya otak, maka gunakanlah otak itu untuk menilai," tertulis pada keterangan video.
👇👇
Sejak 2022 sudah saya sampaikan
— Dokter Tifa (@DokterTifa) September 8, 2025
Prabowo sebaiknya menggandeng anaknya SBY.
Karena ternyata salah menggandeng anak orang lain, ya saya batal mencoblos.
Tapi sekarang ketika ancaman Kudeta makin menguat, saya harus bersikap, saya mendukung Presiden!
MAKZULKAN GIBRAN!
GANTI… https://t.co/a6PMZrkCy7
Seperti diketahui sebelumnya, Sekjen Relawan Gibranku, Pangeran Mangkubumi, menegaskan, barisan yang berada di belakang Gibran Rakabuming Raka tidak perlu diragukan perihal nasionalismenya.
Hal ini diungkapkan Pangeran saat hadir dalam diskusi Indonesia Lawyer Club (ILC) beberapa waktu lalu.
"Bang Karni, izin kalau belek dada saya, ini merah putih bang Karni," kata Pangeran setelah mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko menyinggung soal nasionalisme.
Sebagai seorang anak muda, Pangeran menekankan bahwa nasionalisme dan patriotisme tidak hanya sepenuhnya bisa tertanam pada diri prajurit TNI.
"Jadi dapat saya pastikan bahwa nasionalisme saya, patriotisme saya, bersama teman lainnya yang menolak pemakzulan ini, semua merah putih," tukasnya.
Kekeh menolak isu pemakzulan, Pangeran bilang, barisan anak muda yang mendapatkan kesempatan meraih panggung saat ini tidak memiliki niat merusak bangsa.
"Tidak ada dalam benak kami, hasrat dan keinginan untuk melakukan pengkhianatan, pengerusakan terhadap bangsa yang sudah kita bangun bersama," tandasnya.
Gibran vs AHY, Wetonnya Kucing vs Harimau: Siapa Lebih Bahaya?
MURIANETWORK.COM - Wapres Gibran Rakabuming Raka dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi berita besar usai acara TNI di Batujajar, Bandung, 10 Agustus 2025 (Akad Wage).
Di media dua sosok yang sama-sama lahir hari Kamis ini dihadap-hadapkan. Bedaya, satu weton dengan simbol kucing, lainnya berlambang harimau.
Saat di acara tersebut, Wapres Gibran datang dan langsung menyalami Jaksa Agung S Burhanudin, dan melewati AHY (Menko Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan).
Sebenarnya, bukan hanya AHY yang tidak disalami Gibran, terlihat dia juga tidak menyalami Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, dan Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan.
Tapi dalam pemberitaan yang disoroti terfokus pada Gibran tidak menyalami AHY, karena tampaknya dari sisi inilah paling seksi untuk menjadi berita.
Terutama di dunia maya, warganet ramai saling bersahutan mengomentari detik-detik Gibran melewati AHY yang sudah berdiri di deretan pejabat tinggi lokasi acara kemiliteran itu.
Ada yang menilai, saat itu Gibran sedang demam panggung, karena dihadapkan pada acara sebesar itu dihadiri para petinggi dalam acara megah. Sehingga, Gibran tidak fokus, sehingga konsentrasinya buyar.
Dalam kesempatan ini kita coba dari segi budaya Jawa, dilihat dari sisi weton. Hari itu Akad Wage (Minggu Wage) itu hitungannya, 5 4 = 9.
Sedangkan weton Gibran adalah Kemis Legi (8 5m=13), lahir pada 1 Oktober 1987, di saat mongso (mangsa) Kapat.
Dalam hitungan tersebut, 9 13 = 22 = lungguh/derajad/pangan. Ini berarti hari itu adaah hari baik buat Gibran.
Lantas bagaimana kalau dalam hal pertemuan dengan AHY, yang lahir 10 Agustus 1978 di Bandung, bertepatan dengan weton Kamis Pahing.
Kamis berlambang angin, sedangkan Pahing, bersimbol macan atau harimau.
Bila weton Gibran dan AHY dipertemukan pada Ahad Wage tersebut, maka = 13 17 9 = 39 : 5 = 7 sisa 4, hasilnya disebut lara (sakit).
Jadi pada hari itu bagi keduanya kalau bertemu bukan waktu yang tepat, lara (sakit).
Ini bukan dalam arti keduanya sakit secara fisik, tapi kondisi atau aura hari itu tidak baik bagi keduanya.
Padahal, kalau saja acara digelar satu hari sebelumnya, yakni Sabtu Pon (9 7 = 16), maka hasilnya akan sangat baik keduanya, yakni apa yang disebut, Sri atau Sandang = rejeki melimpah.
Tapia pa mau dikata, mungkin hari itu sudah dijadwalkan lama, sehingga tidak menghitung untuk pertemuan Gibran dan AHY.
Tapi yang jelas, untuk Gibran sendiri di hari itu sebenarnya baik, lungguh/derajat, atau pangan.
Sekarang sekalian kita lihat weton keduanya bila dihadap-hadapkan secara umum.
Wapres Gibran yang lahir pada 1 Oktober 1987, di saat mongso (mangsa) Kapat, mempunyai weton Kamis-Legi.
Terkait usulan pemakzulan ada baiknya Wapres memperhatikan wetonnya itu.
Weton Kamis, itu punya makna: Lakune angin lan gelap, ….., akeh kang pada wedi mring wicarane, yen duwe rowang ora bisa awet, ora terus ing batin, panas atine, luwih brangasan, ing lahir budine luwih becik. Sarta rempit, dhemen digunggung ing wong, kena diapusi yen diempuk alus.
Artinya: Peredaran angin dan kilat, orang yang menjadi jodohnya sering meninggal duluan, bicaranya menakutkan, sulit berteman, batinnya tidak tulus, hatinya lekas panas, pemarah, senang pujian dan mudah ditipu dengan kata-kata halus. (Hal ini seperti termuat dalam Primbon Betaljemur Adammakna.)
Bila kita lihat hari Kamis, di situ ada hal penting, banyak orang takut pada bicaranya.
Hal ini takut bisa dimaknai takut karena kata-katanya tajam, bisa juga takut karena kata-kata Wapres Gibran dinilai sering salah dan ditertawakan orang.
Lantas, kalau punya teman tidak awet, ini juga perlu menjadi perhatian. Benarkah tidak awet kalau berteman.
Bila itu terjadi, maka bisa jadi yang tadinya teman, kemudian jadi lawan, mungkin ada kebutuhan tertentu sang kawan meninggalkannya.
Weton hari Kamis itu juga ada makna: batinnya tidak tulus, bila mengerjakan sesuatu, tidak tulus lahir batin, dalam tindakannya hanya lahir saja.
Misalnya saat Wapres Gibran membagi-bagikan susu atau makanan lain, dinilai itu tidak tulus, semua hanya pencitraan.
Acara seperti itu rawan menimbulkan kontroversi, karena Wapres Gibran kerjanya hanya bagi-bagi susu atau sembako.
Ada lagi ada sisi mudah marah, dan brangasan, senang pujian dan mudah ditipu dengan kata-kata halus.
Sederetan karakter itu perlu dicek baik buruknya.
Selain hal tersebut, Wapres Gibran perlu memperhatikan hal lain di luar politik, yakni perhatian kepada istrinya.
Dalam primbon ini soal istri juga disebutkan. Semoga Wapres dan istri selalu diberi sehat.
Lantas, untuk weton hari pasaran Legi: ingon-ingone kucing karo tikus, watake awas, luwih tutut, bungah atine tan duwe sanggrunggi, bilahine dipaeko, sawise dipaeko lagi metu curigane, bisa amor sugih bisa amor mlarat.
Watake tikus, yen bengi melek, awas akeh pengati-atine, bingung atine, saka awake, sethithik pangene, mandi panyakote, samubarang kang cinakot gelis matine, sring diwisaya wong, bisa gawe dhadhakan, niteni banget marang penggawe ala lan becik, gedhe begjane lan gedhe bilahine.
Maknanya: peliharaannya atau simbolnya kucing dan tikus, watak kucing, awas, jinak, riang hatinya, celakanya kalau difitnah, setelah difitnah muncul ciriganya, bisa berkumpul dengan oramg kaya atau orang melarat.
Watak tikus, pada malam hari berjaga, awas, behati-hati, sering bingung, sedikit makannya, gigitannya berbisa, yang terkena gigitan cepat mati, orang sering diperangkap orang, dapat berbuat sesuatu, selalu mengingat pada perbuatan baik dan buruk, besar keberuntungannya dan celakanya.
Yang termuat dalam uraian tersebut, orang yang punya weton legi, wataknya awas, jinak, senang hatinya itu normal saja.
Mungkin jinak perlu dimaknai, secara politik, Wapres Gibran belumlah politisi yang ulet, licin, tapi masih relatif belum atau tidak lihai.
Nah, kalau ini perlu disimak mendalam: bilahine dipaeko, sawise dipaeko lagi metu curigane, (celakanya kalau difitnah, setelah difitnah muncul ciriganya).
Namanya politisi, akan banyak fitnah dan kata-kata busuk mengarah padanya. Maka harus diwaspadai adanya fitnah ini.
Namun, diingatkan juga, setelah difitnah, maka akan muncul kesadaran, muncul kecurigaannya ke pihak-pihak tertentu.
Ini harus terukur. Dan tidak ambil tindakan berlebihan.
Terkait dengan karakter tikus, yang menarik adalah mandi panyakote, samubarang kang cinakot gelis matine (gigitannya berbisa, yang terkena gigitan cepat mati).
Ini secara poitis, bisa ditafsirkan, dalam melakukan tindakan, bisa berbahaya, siapa pun yang kena tindakan politisnya, bisa mati (dalam arti lawan politiknya tak berkutik). Ini misalnya terhadap orang yang memfitnah dan ketahuan.
Akan halnya iniL sring diwisaya wong, (sering diperangkap orang), ini peringatan bahwa dirinya selaku pejabat diperangkap orang, semisal lawan politik. Hal ini mengisaratkan Wapres Gibran harus waspada.
Yang terakhir ini patut juga diperhatikan gedhe begjane lan gedhe bilahine (besar keberuntungannya dan besar celakanya).
Sejauh ini Wapres Gibran adalah sosok yang besar keberuntungannya. Tapi untuk hari itu saat bertemu dengan AHY, kiranya dia sedang besar celakanya, bukan hari baik bertemu AHY.
Weton AHY Kamis Pahing
AHY yang lahir 10 Agustus 1978 di Bandung, bertepatan dengan weton Kamis Pahing. Kamis berlambang angin, sedangkan Pahing, bersimbol macan atau harimau.
Weton hari saptawara, AHY sama persis dengan Gibran yakni lahir hari Kamis, bedanya pada hari pasaran (pancawara), AHY lahir Pahing.
Maka di sini diungkap weton Pahing saja. Karakter Pahing lambangnya macan (harimau) ”ingon-ingone macan, watake adoh pasabane, lungguh dhewe, turu dhewe, akeh satrune, yen didhisiki mbilaheni, yen ndhisiki ora dadi opo, yen duwe gegaman resikan, nepsune saka wong wadon, kerep diapusi.”
Maknanya: “Watak harimau selalu jauh perginya, duduk menyendiri, tidur juga menyendiri, … Banyak musuhnya, kalau didahului dia berbahaya, tapi kalau dia yang mendahului tidak jadi apa. Jika punya senjata selalu dipelihara, kemarahannya timbul karena wanita.“
Gibran vs AHY
Bila weton masing-masing dihadapkan, meski Gibran dan AHY sesama Kamis, weton itu potensial untuk tidak akur, sebab sama-sama: akeh kang pada wedi mring wicarane, … panas atine, luwih brangasan (artinya: banyak yang takut dengan bicaranya, hatinya mudah panas, dan pemarah.
Maka, kalau kedua karakter itu sama-sama muncul bersmaan, keduanya bisa runyam.
Gibran dan AHY bisa tidak cocok, dalam hal weton Kamis ini. Belum lagi kalau dipertemukan Legi dan Pahing.
Simbol Gibran dalam weton adalah kucing dan tikus. watak kucing , awas, jinak, riang hatinya, celakanya kalau difitnah, setelah difitnah muncul curiganya, bisa berkumpul dengan oramg kaya atau orang melarat.
AHY weton Pahing, dengan simbol harimau, watak harimau selalu jauh perginya, duduk menyendiri, tidur juga menyendiri, … Banyak musuhnya, kalau didahului dia berbahaya.
Dengan persandingan dua simbol tersebut, menggambarkan sesutu uang sangat berbeda, kucing jinak, sedangkan harimau banyak musuhnya, dia berbahaya.
Bila keduanya berhadapan dalam suatu kasus, maka terjadi sesuatu yang tidak berimbang.
Tapi Gibran juga ada karakter tikus, yang bahaya gigitannya. Maka dua-duanya sama bahaya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Dito Ariotedjo Diberhentikan dari Jabatan Menpora, Siapa Gantinya?
Ditanya Kena Reshuffle, Budi Arie: Kamu Bikin Isu Sendiri
Profil dan Rekam Jejak Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan Pengganti Sri Mulyani
Prabowo Dikabarkan Copot Jabatan Menkeu Sri Mulyani, Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Pengganti?