Peran Soft Power Indonesia: Diplomasi Budaya dan Pendidikan di Kancah Global
Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab disapa Ibas, menegaskan peran strategis budaya dan pendidikan sebagai soft power Indonesia untuk memperkuat posisi negara di tataran global. Menurutnya, diplomasi Indonesia telah lama berdiri di atas fondasi kemandirian dan solidaritas, yang tercermin sejak Konferensi Asia Afrika 1955 hingga pembentukan Gerakan Non-Blok.
Dalam pernyataannya di acara International Relations Anniversary Festival (INTRAFEST) 2025, Ibas menjelaskan bahwa prinsip 'Bebas dan Aktif' dalam politik luar negeri Indonesia bukanlah bentuk netralitas, melainkan keberpihakan yang berani pada perdamaian dunia.
Ibas juga menyoroti evolusi diplomasi Indonesia, khususnya pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang dikenal dengan pendekatan 'A Million Friends and Zero Enemy'. Filosofi ini, ungkapnya, menekankan bahwa kekuatan bangsa tidak terletak pada konfrontasi, melainkan pada kontribusi dan kepercayaan yang dibangun dengan negara lain.
Pendidikan sebagai Fondasi Diplomasi Masa Depan
Lebih lanjut, Ibas menekankan bahwa pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun diplomasi yang tangguh di masa depan. Ia menyebut soft power melalui pendidikan sebagai jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan dunia internasional.
Berbagai program seperti pertukaran pelajar, beasiswa, dan riset kolaboratif internasional disebutkannya sebagai contoh nyata upaya memperluas jejaring intelektual Indonesia. "Investasi terbesar bangsa adalah pada otak dan karakter generasinya," tegasnya.
Artikel Terkait
Waspada! Ular Sanca 1 Meter Siap Serang di Dalam Rumah JakTim, Ini yang Terjadi Selanjutnya
Fadli Zon Guncang G20 2025: Inilah 5 Isu Penting yang Ditegaskan Indonesia
FDM Bos Mecimapro Ditahan! Terungkap Modus Penggelapan Dana Puluhan Miliar untuk Konser TWICE
Residivis Curanmor Cileungsi Ditangkap Lagi, Baru 7 Hari Bebas Langsung Balik Modal