Tak kalah penting, Ibas menyoroti peran vital budaya dalam memperkuat identitas dan diplomasi bangsa. Ia menggambarkan budaya sebagai bahasa universal yang mampu menjembatani perbedaan ketika politik memecah belah.
Nilai-nilai luhur seperti gotong royong, toleransi, dan keberagaman dapat diperkenalkan kepada dunia melalui medium batik, kuliner, musik, dan film. Di era digital ini, para kreator konten pun disebutnya dapat berperan sebagai diplomat budaya melalui karya-karya yang mempromosikan nilai-nilai positif Indonesia.
"Diplomasi yang hebat bukan tentang siapa yang paling keras berbicara, tetapi siapa yang paling tulus mendengar," pungkas Ibas.
Apresiasi dari Peserta dan Alumni
Penyampaian materi ini mendapat sambutan hangat dari peserta. Liasta Benita, salah satu mahasiswa, mengaku sangat terinspirasi dan menyebut materi yang diberikan "sangat berbobot" bagi mahasiswa Hubungan Internasional.
Pendapat senada disampaikan Muhammad Nabil, yang berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut. Samti Wira Wibawati, alumni HI UPNVJ yang kini berprofesi sebagai Tenaga Ahli Fraksi Partai Demokrat, juga menyampaikan apresiasinya dan berharap paparan Ibas dapat memacu semangat anak muda untuk berkarya bagi Indonesia.
Acara INTRAFEST 2025 ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-25 Program Studi Hubungan Internasional FISIP UPN 'Veteran' Jakarta, dan dihadiri oleh sejumlah pimpinan universitas serta tokoh alumni.
Artikel Terkait
Gugatan Cerai Atalia Praratya Resmi Diproses, Sidang Perdana Digelar Besok
InJourney Cetak Skor Hampir Sempurna dalam Keterbukaan Informasi
Bareskrim Selidiki Banjir Kayu Gelondongan di Sumut, Tersangkakan Pencucian Uang
Setahun Berbenah, ASDP Raih Predikat Informatif dari KIP