Hebatnya, baik militer Sudan maupun RSF sama-sama bungkam. Belum ada pernyataan resmi yang keluar dari kedua pihak mengenai tragedi ini.
Di sisi lain, situasi di Sudan secara keseluruhan makin panas. Konflik yang sudah berlarut-larut sejak April 2023 antara tentara dan RSF terus memakan korban. Puluhan ribu tewas, hampir 12 juta orang terpaksa mengungsi krisis kemanusiaan yang disebut-sebut sebagai terbesar di dunia saat ini.
Serangan di Darfur Utara ini terjadi justru ketika pertempuran di daerah lain makin menghebat. Intensitasnya sedemikian rupa, sampai-sampai para pekerja bantuan harus dievakuasi dari Kadugli, kota di selatan yang terkepung dan dilanda kelaparan. Evakuasi mereka dilakukan pada hari Minggu, sehari setelah pasar Al-Harra berubah jadi ladang pembantaian.
Nuansa perang yang tak kunjung usai ini benar-benar terasa. Setiap berita yang datang seolah hanya menambah daftar panjang penderitaan warga sipil yang terjebak di tengah baku tembak.
Artikel Terkait
Pecat ASN Bogor, Anggota DPR Soroti Pentingnya Pengawasan Sosial
Program Makan Bergizi Tetap Jalan Meski Sekolah Libur
Pujian Ayah untuk Bupati Bekasi Berbalik Jadi Ironi di Meja KPK
Korea Utara Gebrak Meja, Tuding Jepang Lampaui Garis Merah dengan Ambisi Nuklir