Ramdani secara khusus menyasar anak sekolah. Menurutnya, regenerasi atlet skydiving harus dimulai dari sana. "Kami memberi saran ini mungkin harus ke depan regenerasi. Bahwa sekarang masuk SMP, masuk SMA ada jalur prestasi. Tapi belum pernah ada jalur prestasi di wind tunnel ini," tuturnya.
Ia melihat ini sebagai peluang. Lomba di tingkat pelajar bukan cuma untuk mencari bakat, tapi juga bisa membantu karier akademis mereka. "Jadi ini adalah menyalurkan bakat, menyalurkan hobi, mencari regenerasi, juga termasuk karier anak-anak kita. Ini yang mungkin harus kita pikirkan ke depan," imbuhnya.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada mekanisme resmi yang mengakui prestasi skydiving untuk jalur masuk sekolah. Itu yang ingin diubah. "Kami belum pernah saya lihat kalau ke sekolah-sekolah sertifikasi atau jalur prestasi khusus ini," kata Ramdani.
"Mungkin itu kami sarankan mudah-mudahan ke depan kita cari. Selain untuk regenerasi dan lain-lain, minimal untuk memperlancar anak-anak kita melalui jalur prestasi di sekolahnya masing-masing," pungkasnya.
Suasana di Gedung Windtunnel sendiri terasa semarak. Angin kencang yang konstan dari terowongan vertikal itu menjadi panggung utama. Di sekelilingnya, peserta dari berbagai usia bersiap, sementara para pelatih memberi aba-aba terakhir. Sebuah upaya serius untuk menjadikan olahraga ekstrem ini lebih membumi dan terjangkau.
Artikel Terkait
Tragedi Jet Pribadi di Carolina Utara: Seluruh Penumpang, Termasuk Mantan Pembalap NASCAR, Tewas
Buronan Pemerkosa Remaja Disabilitas di Mamuju Akhirnya Ditangkap di Hutan
Bupati Bekasi Diamankan KPK dalam OTT Beruntun
Hujan Lebat Landa Dubai, Warga Diimbau Tak Keluar Rumah