Penjual Buah Jadi Pahlawan di Tengah Teror Berdarah di Bondi Beach

- Senin, 15 Desember 2025 | 14:40 WIB
Penjual Buah Jadi Pahlawan di Tengah Teror Berdarah di Bondi Beach

Lima belas nyawa melayang, termasuk seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun. Itulah korban mengerikan dari penembakan di Bondi Beach, Sydney, pada Minggu (14/12) lalu. Di tengah kepanikan, muncul seorang pahlawan tak terduga: seorang penjual buah. Siapa dia, dan bagaimana aksinya menghentikan salah satu pelaku?

Serangan itu terjadi tepat saat komunitas Yahudi setempat berkumpul untuk merayakan awal Hanukkah. Suasana sukacita berubah jadi mimpi buruk dalam sekejap.

Polisi New South Wales dengan cepat menyatakan insiden ini sebagai aksi teror. Yang mengejutkan, kedua pelaku ternyata memiliki hubungan darah mereka adalah ayah dan anak.

Sang ayah, berusia 50 tahun, dilaporkan tewas di tempat kejadian. Sementara putranya yang berusia 24 tahun masih berjuang antara hidup dan mati di rumah sakit, kondisinya kritis.

Perdana Menteri Anthony Albanese tak ragu menyebutnya sebagai "tindakan kejahatan murni". "Ini penargetan yang disengaja," ujarnya, menekankan serangan terhadap komunitas Yahudi tersebut.

Rekaman video yang beredar, diverifikasi oleh tim BBC Verify pimpinan Benedict Garman, memberikan gambaran jelas tentang kekacauan yang terjadi. Di antara korban jiwa adalah Rabbi Eli Schlanger, kelahiran Inggris, seperti dikonfirmasi keluarganya kepada BBC.

Profil Dua Pelaku: Ayah dan Anak

Jadi, siapa sebenarnya mereka? Pejabat Australia mengungkap duo penembak itu adalah ayah dan anak yang sengaja menargetkan perayaan Hanukkah.

PM Albanese dengan tegas menyebut tragedi ini sebagai "aksi antisemitisme... terorisme di pantai kita."

Pelaku yang lebih tua ditembak mati polisi. Anaknya, seperti disebutkan, masih kritis.

Peristiwa ini mengguncang Australia, negara yang jarang mengalami penembakan massal. Sejak pembantaian Port Arthur 1996 yang menewaskan 35 orang, Bondi Beach menjadi insiden paling mematikan.

Polisi masih menyelidiki motif pastinya. Yang jelas, pihak berwenang enggan merinci identitas mereka lebih jauh selain status kekerabatan dan latar belakang imigrasi.

Menteri Dalam Negeri Tony Burke memberi sedikit petunjuk: sang anak lahir dan besar di Australia. Ayahnya datang pada 1998 dengan visa pelajar, yang kemudian beralih menjadi visa pasangan dan akhirnya izin tinggal permanen.

Soal motif, ada petunjuk samar. PM Albanese menyebut si anak berusia 24 tahun pernah "diperiksa" pada Oktober 2019 terkait dugaan keterkaitan dengan "pihak lain". Namun, pemeriksaan waktu itu menyimpulkan tidak ada ancaman berlanjut atau risiko kekerasan. Albanese tak mau menjabarkan lebih detail siapa "pihak lain" tersebut.

Kedua pelaku diketahui tinggal di Bonnyrigg, suburb di barat daya Sydney. Rumah bata satu lantai dengan pagar krem itu tercatat sebagai alamat mereka. Namun, belakangan mereka pindah ke properti sewaan jangka pendek di Campsie. Polisi menduga persiapan serangan dilakukan di sana.

Para tetangga di Bonnyrigg kaget bukan main. "Anak saya berteriak, 'Bu, lihat ke luar!'" kenang Lemanatua Fatu yang tinggal di seberang. "Lalu saya lihat banyak polisi, mobil, sirene. Mereka disuruh keluar."

"Saya lihat beritanya dan pikir, ya ampun, tidak mungkin itu mereka," tambah Fatu, yang sering melihat si anak muda membuang sampah. "Kami hidup biasa saja di sini. Lingkungannya baik."

Kronologi Kekacauan di Pantai

Semua berawal sekitar pukul 18.47 waktu setempat. Polisi NSW kebanjiran laporan tentang penembakan di Archer Park, Bondi Beach. Mereka segera meminta warga berlindung dan menjauhi area tersebut.

Video yang beredar menunjukkan ratusan orang berlarian panik meninggalkan pantai, teriakan bersahutan diiringi bunyi tembakan.

Rekaman lain yang diverifikasi BBC memperlihatkan dua penembak melepaskan tembakan dari sebuah jembatan kecil yang menghubungkan tempat parkir ke pantai. Kekacauan pun merajalela.

Tapi di tengah hiruk-pikuk itu, ada satu adegan heroik. Seorang saksi mata berhasil mencegat salah satu pelaku bersenjata, merebut senjatanya, dan mengarahkan senjata itu ke si pelaku. Pelaku itu kemudian mundur ke arah jembatan, tempat rekannya menembak.

Pria pemberani itu kemudian teridentifikasi sebagai Ahmed al Ahmed, seorang pemilik toko buah dan ayah dua anak.

Keluarganya memberi tahu 7News Australia bahwa Ahmed masih dirawat di rumah sakit usai operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya.

Perdana Menteri NSW Chris Minns memujinya sebagai "pahlawan sejati".

"Saya yakin banyak nyawa terselamatkan malam ini karena keberaniannya," kata Minns dalam konferensi pers.


Halaman:

Komentar