Dia juga menyiapkan kekuatan untuk sebuah strategi yang lebih besar: menghancurkan pasukan lawan. "Sekarang kita berjuang untuk mempertahankan diri lagi," tambahnya, menegaskan posisi Kamboja kali ini.
Situasi ini adalah lanjutan dari ketegangan yang memakan korban tidak sedikit. Beberapa waktu lalu, pertempuran lima hari antara kedua negara tetangga ini merenggut 43 nyawa. Baku tembak saat itu memicu pengungsian besar-besaran sekitar 300.000 orang di kedua sisi perbatasan terpaksa mengungsi, sebelum akhirnya gencatan senjata dideklarasikan.
Namun begitu, perdamaian itu tampaknya rapuh. Bentrokan yang kembali meletus minggu ini sudah menewaskan enam warga sipil Kamboja dan seorang tentara Thailand. Korban luka-luka dilaporkan lebih dari 20 orang.
Pihak Thailand, di sisi lain, melancarkan serangan udara dan mengerahkan tank pada hari Senin (8/12) kemarin. Saling tuduh pun tak terhindarkan. Kedua negara saling melempar kesalahan atas siapa yang memulai pertempuran kali ini.
Pernyataan Hun Sen ini juga sekaligus membantah keterangan resmi sebelumnya. Sehari sebelumnya, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, masih menegaskan bahwa pasukan mereka sama sekali tidak membalas serangan dari Thailand.
Kini, situasinya jelas sudah berubah. Kesabaran habis, dan kata "membalas" menjadi nada utama dari Phnom Penh.
Artikel Terkait
Puan dan Anindya Bahas Revisi UU Kadin untuk Lindungi Pengusaha hingga UMKM
Bu Titi Ajak Warga Lampung Pererat Silaturahmi, Bantu Korban Bencana
Gedung Terra Drode di Cempaka Baru Ludes Dilahap Api, 28 Unit Damkar Dikerahkan
Mantan Menteri Perekonomian Kuba Divonis Seumur Hidup atas Kasus Spionase