Kisah Pilu di Lereng Uhud: Saat Kemenangan Tergadaikan oleh Rampasan Perang

- Senin, 24 November 2025 | 23:35 WIB
Kisah Pilu di Lereng Uhud: Saat Kemenangan Tergadaikan oleh Rampasan Perang

Gunung Uhud membentang gagah di utara Madinah. Sebuah bukit batu yang tinggi menjulang, memanjang sejauh mata memandang. Di sanalah, salah satu luka sejarah dalam perjalanan dakwah Islam tercatat: Perang Uhud. Kekalahan yang pahit. Hingga kini, gunung dan tanah tempat para syuhada beristirahat itu menjadi saksi bisu.

Lokasinya tak jauh, hanya sekitar lima kilometer dari pusat kota. Suasana di sana terasa berbeda, hening namun sarat makna. Di depan area, sebuah peta besar menggambarkan kronologi pertempuran sengit yang terjadi pada 15 Syawal 3 Hijriah, atau sekitar tahun 625 Masehi. Peperangan antara pasukan muslim yang masih muda melawan pasukan Quraisy yang tangguh.

Di balik peta itu, tersimpan sebuah area yang sangat sederhana. Hanya sebuah lapangan tanah yang dipagari tembok setinggi kurang lebih empat meter. Inilah kompleks pemakaman bagi 70 syuhada yang gugur di medan Uhud. Suasana hening menyelimuti area ini, seolah menghormati para pahlawan yang tidur di dalamnya.

Di antara nama-nama yang dikenang, ada satu nama yang begitu menonjol: Hamzah bin Abdul Muthalib. Beliau adalah paman Nabi Muhammad SAW, singa Allah yang gagah berani.

Yang menarik, kehidupan terus berdenyut di tempat peristirahatan terakhir ini. Kawanan burung terlihat beterbangan di dalam area pemakaman. Mereka bergerombol, hinggap dari satu sisi ke sisi lain, seolah turut menjaga para kesatria yang gugur.

Para peziarah pun hanya bisa memandang dari balik pagar. Beberapa terdengar berbisik, memanjatkan doa untuk para syuhada. Rasanya, waktu seolah berhenti sejenak di tempat ini.


Halaman:

Komentar