Kisah Pilu di Lereng Uhud: Saat Kemenangan Tergadaikan oleh Rampasan Perang

- Senin, 24 November 2025 | 23:35 WIB
Kisah Pilu di Lereng Uhud: Saat Kemenangan Tergadaikan oleh Rampasan Perang

Tak jauh dari pemakaman, terdapat bukit tempat strategi perang diatur. Bukit Uhud, tempat Nabi Muhammad SAW menempatkan pasukan pemanahnya. Bukit ini tidak terlalu tinggi, tapi jalur pendakiannya cukup terjal dan curam. Yang mengejutkan, hampir tidak ada penanda atau petunjuk jalan di sana.

Meski begitu, hal itu tak menyurutkan niat para peziarah. Mereka rela menapaki bebatuan untuk sampai ke puncak. Dari berbagai penjuru dunia, mereka datang, lalu mengabadikan momen di tempat bersejarah ini. Berfoto, atau sekadar duduk merenung, membayangkan detik-detik genting saat 150 pemanah muslim berdiri di posisi yang sama.

Singkatnya, strategi saat itu jelas. Rasulullah SAW menempatkan para pemanah di atas bukit dengan satu perintah tegas: jangan tinggalkan posisi, apapun yang terjadi. Titik. Perintah itu adalah kunci kemenangan.

Namun begitu, manusia kerap tergoda. Di puncak pertempuran, ketika pasukan Quraisy mulai kewalahan dan mundur, harta rampasan perang yang tertinggal di medan laga menjadi godaan besar. Imbauan Rasulullah diabaikan. Para pemanah pun berbondong-bondong turun, meninggalkan pos strategis mereka demi harta dunia.

Momen inilah yang ditunggu-tunggu oleh panglima perang Quraisy, Khalid bin Walid yang saat itu belum memeluk Islam. Dengan mata yang tajam, ia melihat celah itu. Ia segera memerintahkan pasukannya untuk merebut bukit yang kini kosong, lalu melancarkan serangan balik dari atas.

Strategi itu brilian. Serangan dari dua arah membuat pasukan muslim kewalahan. Posisi yang semula unggul, berbalik menjadi bencana. Akhirnya, pertempuran itu dimenangkan oleh kaum Quraisy. Sebuah pelajaran mahal tentang disiplin dan ketaatan, yang harganya dibayar dengan darah dan nyawa.


Halaman:

Komentar