Iptu Yanti Harefa sudah lebih dari 15 tahun berkecimpung di dunia perlindungan perempuan dan anak. Pengabdiannya tak main-main. Perempuan yang kini menjabat sebagai Panit Subdit IV Ditreskrimum Polda Kepri ini berhasil mengungkap sederet kasus berat, mulai dari perdagangan orang hingga eksploitasi anak yang bikin geram.
Tak heran, namanya kemudian diusulkan untuk program Hoegeng Corner 2025. Yanti sendiri sudah menangani urusan PPA di Polda Kepri sejak 2009. Lama, ya.
"Awalnya banyak menangani kasus TPPO. Batam kan daerah transit, jadi banyak korbannya perempuan, ada juga anak-anak. Lalu ya nanganin kasus-kasus PPA lain, yang korbannya perempuan atau anak," ujar Iptu Yanti dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (11/11/2025).
Salah satu kasus yang sempat viral dan berhasil diungkapnya adalah eksploitasi anak di sebuah panti asuhan di Batam pada 2015.
"Waktu itu viral. Pelakunya pemilik panti. Anak-anaknya ada 30-40 orang, dimanfaatkan untuk cari uang bagi panti," jelas Yanti.
Di panti itu, anak-anak mengalami kekerasan dari si pemilik. Bahkan, beberapa dari mereka "disewakan" ke pasangan yang belum punya anak.
"Kalau ada yang berkunjung, anak-anak bisa dipinjam, tiga hari, seminggu. Atau kalau ada turis mau donasi, anak-anak dikeluarin. Bisa di-booking seminggu, sebulan, tapi bayar. Bukan untuk seksual, lebih ke semacam pancingan. Kayak disewa gitu," tuturnya.
Korban termuda saat itu baru berusia 1 tahun 8 bulan. Anak itu mengalami trauma berat akibat perlakuan si pelaku.
"Sampai dicabutin alisnya pakai pinset. Waktu kita periksa dengan psikolog, sambil direkam, pakai alat peraga seperti pinset, sapu lidi, dan hanger, ketahuan anak ini sering dipukul," ujar Yanti.
Korban juga mengalami luka di area kemaluan karena pemakaian pampers yang tak pernah diganti. Pelaku akhirnya ditangkap dan sudah menjalani hukuman penjara.
"Dari visum terlihat jelas lukanya. Anak ini lagi dipinjam saat kita temukan, kondisi merah-merah, ketakutan. Akhirnya terungkaplah ada unsur kekerasan dan penelantaran," ucap dia.
Membongkar Jaringan TPPO
Selain kasus eksploitasi, Iptu Yanti juga banyak menangani TPPO. Korbannya biasanya diberangkatkan ke Malaysia atau dikirim kerja ilegal di kapal asing.
"Ada juga korban yang lompat dari kapal ikan asal China, lalu kita tangani. Dulu korbannya kebanyakan perempuan, tapi sejak 2024-2025 justru lebih banyak laki-laki, kerja di perkebunan," ungkapnya.
Begitu korban diamankan, Yanti dan tim langsung bergerak mengejar pelakunya. Mereka sampai harus terbang ke Lombok dan Sulawesi.
"Kita ungkap kasus ini, dapat pelaku di Batam, terus kita kejar perekrutnya sampai ke daerah asal. Tahun 2011 saya sampai ke NTT untuk menangkap pelakunya," kenang Yanti.
Artikel Terkait
Gubernur Andra Soni Siagakan Seluruh Jajarannya Hadapi Cuaca Ekstrem di Banten
Titiek Soeharto Soroti Peran Krusial TNI-Polri dalam Pacu Swasembada Pangan
Pemerintah Sodorkan RUU Penyesuaian Pidana, Standar Hukuman Nasional Diperjelas
Perempuan Terseret Motor Saat Bertahan dari Upata Jambret Kalung di Penjaringan