Fenomena Maraknya Kasus Penculikan Anak di Indonesia
Belakangan ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan sejumlah kasus penculikan anak yang mendapat perhatian luas. Salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah penculikan Bilqis, seorang anak di Makassar yang diculik saat sedang bermain di taman kota. Beruntung, Bilqis berhasil ditemukan dalam kondisi selamat di Jambi.
Proses penyelamatan Bilqis mengungkap fakta-fakta mencengangkan, mulai dari dugaan kuat adanya sindikat perdagangan anak hingga upaya gigih aparat kepolisian yang bernegosiasi selama dua malam untuk memulangkannya ke sang ayah. Kasus ini juga menyibak praktik adopsi ilegal yang melibatkan komunitas Suku Anak Dalam di Jambi.
Selain kasus Bilqis yang berakhir bahagia, masih ada kasus anak hilang lain yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah kasus Alvaro Kiano, seorang bocah berusia 6 tahun dari kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang telah hilang selama 8 bulan dan hingga kini belum ditemukan.
Penyebab Maraknya Kasus Penculikan Anak Menurut Ahli
Menanggapi fenomena ini, Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, memberikan penjelasan mendalam. Menurutnya, meski terkesan marak akhir-akhir ini, hal tersebut bisa jadi merupakan suatu kebetulan. Namun, Guru Besar FISIP UI ini memaparkan tiga faktor utama yang menjadi penyebab potensial terjadinya kasus penculikan anak di masa depan.
1. Tingginya Permintaan Anak dari Pasangan Tanpa Keturunan
Faktor pertama adalah adanya kebutuhan atau permintaan yang tinggi dari pasangan yang tidak memiliki anak namun sangat menginginkannya. Keinginan untuk membentuk keluarga lengkap dengan anak mendorong munculnya permintaan ini di masyarakat.
Artikel Terkait
China Kutuk Keras PM Jepang Sanae Takaichi Soal Pernyataan Provokatif Taiwan
FTA Kritik Komposisi Komite Reformasi POLRI: Desak TNI dan Masyarakat Sipil Diikutsertakan
Waspada Puncak Musim Hujan Sumsel Desember-Januari, Ini 11 Daerah Rawan Banjir & Longsor
Revisi UU Pemilu 2025: Jadwal, Sistem Baru, dan Dampaknya