Perjuangan Dakwah Ustaz Awi: Mengajar & Mengaji di Pedalaman Suku Talang Mamak Riau

- Selasa, 11 November 2025 | 20:00 WIB
Perjuangan Dakwah Ustaz Awi: Mengajar & Mengaji di Pedalaman Suku Talang Mamak Riau

Perjuangan Dakwah Ustaz Awi di Pedalaman Suku Talang Mamak Riau

Keringat membasahi seluruh wajahnya, napasnya tersengal-sengal. Kelelahan sudah mulai menggerogoti tenaga ustaz muda itu setelah menempuh perjalanan panjang.

"Apakah kita sudah dekat dengan pohon petai?" tanyanya mencoba memastikan.

"Ini masih awal, Bang. Masih harus melewati tiga bukit lagi," sahut salah seorang warga yang menemaninya.

Jawaban itu membuat Ustaz Awi terdiam sejenak. Perasaan terkejut dan takjuk bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, sementara kakinya sudah terasa berat dan tubuhnya mulai limbung, warga di depannya tetap melangkah dengan gesit. Wajah mereka tampak tenang tanpa tanda-tanda kelelahan, seolah stamina mereka tidak terbatas.

Hari itu, ia memutuskan untuk ikut serta dengan warga lokal mencari hasil hutan, termasuk petai, di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Dalam bayangannya, perjalanan ini akan seperti pendakian biasa yang melelahkan namun masih bisa ditolerir. Kenyataan yang dihadapinya ternyata jauh berbeda.

Ritme langkah para warga begitu cepat dan konsisten. Mereka dengan lincah menaiki dan menuruni lereng terjal tanpa keraguan, seolah medan berat itu hanyalah jalan setapak biasa di sekitar rumah mereka. Sementara Ustaz Awi harus berjuang keras menjaga keseimbangan di antara bebatuan licin dan akar-akar pohon besar yang menghadang.

Kehidupan Suku Talang Mamak di Pedalaman Riau

Suku Talang Mamak merupakan komunitas pedalaman Riau yang hidup secara tradisional di sepanjang aliran Sungai Indragiri dan kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Tanpa akses listrik dan jaringan telekomunikasi, mereka menggerakkan perekonomian dengan mengumpulkan damar, getah dari pohon besar, serta berbagai hasil hutan lainnya yang dapat dijual, seperti petai dan jengkol.

Di tengah komunitas pedalaman inilah dai muda dari Dewan Dakwah, Ustaz Awi Andrizal, memulai perjalanan dakwahnya, tepatnya di Dusun Nunusan, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Perjalanan Ekstrem Menuju Dusun Terpencil

Tidak ada yang tahu sudah berapa kali Ustaz Awi dan rombongannya harus turun dari perahu kayu yang mereka tumpangi saat menyusuri Sungai Batang Gansal. Mereka turun agar perahu lebih ringan ketika menghadapi arus jeram yang deras.

"Perjalanan menuju lokasi dakwah ini sangat ekstrem karena harus melalui banyak batu besar dan sungai dengan arus kuat. Beberapa kali kami harus turun dari perahu kayu agar perahu lebih ringan saat melewati jeram," jelas Ustaz Awi pada awal November 2025.

Perjalanan melalui jalur air ini memakan waktu beberapa jam setelah perjalanan darat dari pusat kota kabupaten, Kota Rengat.

Dusun Nunusan terpisah jauh dari desa induknya, Desa Rantau Langsat. Hanya ada satu jalur menuju dusun ini, yaitu melalui sungai. Perjalanan hanya bisa ditempuh dengan perahu kayu selama dua hingga lima jam, tergantung pada kondisi ketinggian air.

Medan yang sulit dan lokasi dusun yang terpencil membuat daerah ini tanpa listrik dan sinyal telekomunikasi. Aktivitas sehari-hari seperti mandi, bersuci, mencuci, hingga buang hajat dilakukan di tepian sungai. Ketika malam tiba, Dusun Nunusan berubah menjadi seperti dusun yang sepi tanpa kehidupan.

Dakwah di Tengah Keterbatasan

Sekitar empat hingga lima tahun sebelum kedatangan Ustaz Awi, terakhir kali ada ustaz yang memberikan pembinaan agama di Desa Nunusan. Setelah itu, masyarakat Suku Talang Mamak yang telah memeluk Islam hanya mendengar khutbah Jumat dari musala kecil mereka.

Mendengar kabar akan kedatangan dai yang ditempatkan khusus di Desa Nunusan, mereka terus bertanya-tanya: Apakah ustaz tersebut benar-benar akan datang? Kapan ustaznya akan tiba? Dan berbagai pertanyaan serupa.

Kedatangan Ustaz Awi disambut dengan hangat. Banyak warga yang menawarkan tempat tinggal di rumah mereka masing-masing.


Halaman:

Komentar