Di lain pihak, khilafah justru memiliki rekam jejak historis yang panjang. Sistem khilafah pernah eksis selama 13 abad, menyatukan kaum muslimin dan mengintegrasikan berbagai bangsa. Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah pada 1924 sering disebut sebagai titik awal terpecah-belahnya dunia Islam menjadi lebih dari 50 negara.
Toleransi dalam Naungan Khilafah
Soal toleransi, sejarah mencatat bahwa Palestina (Al-Quds) di bawah kekuasaan khilafah, sejak era Khalifah Umar bin Khattab hingga Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, menjadi negeri yang damai bagi penganut tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi. Kontras dengan kondisi hari ini di bawah pendudukan Zionis, di mana kekerasan menimpa semua pihak, termasuk umat Kristen.
Pancasila sebagai Alat Represif?
Pertanyaan kritis diajukan: adakah legacy Pancasila dalam menyatukan umat dan bangsa di dunia? Di dalam negeri sendiri, Pancasila kerap dianggap sebagai alat represif untuk membungkus kebijakan pemecah belah. Mulai dari Orde Lama yang membungkam gerakan Islam, Orde Baru dengan kebijakan Asas Tunggal, hingga era sekarang dengan pembubaran HTI dan FPI, semuanya mengatasnamakan Pancasila.
Ancaman Nyata bagi Pendidikan
Dalam konteks pendidikan, ancaman sebenarnya justru datang dari sekulerisme, liberalisme, pergaulan bebas, LGBT, dan narkoba. Daripada menakut-nakuti generasi muda dengan ideologi khilafah, seharusnya fokus pada melindungi mereka dari ancaman-ancaman nyata yang merusak moral dan masa depan bangsa.
Dengan membandingkan narasi, sejarah, dan realitas yang ada, artikel ini mengajak pembaca untuk melihat wacana khilafah dan Pancasila secara lebih kritis dan mendalam, melampaui sekadar spanduk dan stigma yang beredar.
Artikel Terkait
Karyawan Ekspedisi Curi 3 iPhone 17 di Gudang Bantul, Terancam Pasal 363 KUHP
Transformasi Digital Indonesia 2025: Strategi, Infrastruktur, dan Program Talenta
Tawuran di Sawangan Depok: 2 Remaja Terluka Bacok, Polisi Buru Pelaku
Prabowo Bahas Lanjutan Proyek KF-21 dan Kerja Sama Ekonomi dengan Presiden Korsel