Khilafah vs Pancasila: Analisis Kontroversi dan Perbandingan Historis
Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H., Advokat dan Pejuang Khilafah
Isu khilafah kembali mencuat di Indonesia. Baru-baru ini, muncul laporan mengenai organisasi terlarang berideologi khilafah yang aktif di beberapa titik, direspons oleh Kementerian Agama dan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala dengan peringatan tegas. Sebagai bentuk penolakan, terpasang spanduk bertuliskan "PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA, TOLAK KHILAFAH" dan "TOLAK MASUKNYA KHILAFAH, INTOLERANSI & RADIKALISME DI LEMBAGA PENDIDIKAN".
Pertanyaan Mendasar tentang Pancasila dan Khilafah
Wacana ini memunculkan pertanyaan kritis. Apa sebenarnya salah khilafah bagi negeri ini? Di sisi lain, seberapa efektif fungsi Pancasila sebagai pemersatu ketika melihat sejarah lepasnya Timor Timur dari NKRI? Artikel ini akan mengupas perbandingan ini berdasarkan perspektif historis dan realitas saat ini.
Klaim Pancasila vs Realitas di Lapangan
Pancasila sering diklaim sebagai pemersatu bangsa. Namun, sejarah mencatat bahwa Pancasila tidak mampu mencegah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Selain itu, banyak tokoh yang mengaku paling Pancasila justru terbelit kasus korupsi. Sebut saja mantan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, yang sedang diproses KPK terkait dugaan korupsi dana haji. Isu-isu nasional seperti korupsi proyek strategis (Kereta Whoosh, IKN), hingga perampasan tanah di PIK-2, seringkali tidak diselesaikan oleh mereka yang bersembunyi di balik jargon "Pancasila Pemersatu Bangsa".
Artikel Terkait
Karyawan Ekspedisi Curi 3 iPhone 17 di Gudang Bantul, Terancam Pasal 363 KUHP
Transformasi Digital Indonesia 2025: Strategi, Infrastruktur, dan Program Talenta
Tawuran di Sawangan Depok: 2 Remaja Terluka Bacok, Polisi Buru Pelaku
Prabowo Bahas Lanjutan Proyek KF-21 dan Kerja Sama Ekonomi dengan Presiden Korsel