Di kawasan bantaran Banjir Kanal Barat, Jakarta Pusat, kisah inspiratif datang dari pasangan petani urban Jahri (64) dan Muniroh (45). Dengan ketekunan luar biasa, mereka mengubah lahan sempit di tepi Kali Ciliwung menjadi sumber penghidupan melalui budidaya tanaman sayuran organik.
Aktivitas pertanian perkotaan ini menjadi contoh nyata pemanfaatan lahan terbatas di ibu kota. Setiap hari, pasangan suami istri ini bekerja sama mengolah tanah, menanam kemangi, kangkung, dan bunga pepaya yang menjadi komoditas andalan mereka.
Hasil panen sayuran segar dari bantaran kali ini memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Kangkung dijual dengan harga Rp 3.000 per ikat, sementara bunga pepaya mencapai Rp 5.000 untuk tiga kemasan. Meski menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang mempengaruhi stabilitas pendapatan, semangat mereka tak pernah pudar.
Selain fokus pada pertanian urban, keluarga ini juga mengembangkan usaha peternakan kambing dengan sistem titipan warga. Kisah perjuangan Jahri dan Muniroh membuktikan bahwa peluang ekonomi dan ketahanan pangan dapat diciptakan di mana saja, termasuk di tengah kepadatan Ibu Kota Jakarta.
Artikel Terkait
Perang Hybrid: Strategi & Kolaborasi Sipil-Militer Hadapi Ancaman Modern
Bantuan Kemensos Rp 4 Miliar untuk Korban Banjir Semarang, Demak, dan Pati
Hasil Pemutakhiran Data BLTS: 10 Juta KPM Layak, 3,5 Juta Akan Divalidasi Ulang
Kronologi Lengkap Kasus Kredit Mobil yang Jerat Neni Nuraeni Hingga Ditahan