Insiden memanas antara personel TNI dan sejumlah warga asing di Ketapang, Kalimantan Barat, akhirnya mendapat penjelasan resmi. Kapuspen TNI, Mayjen (Mar) Freedy Ardianzah, membeberkan kronologi kejadian yang terjadi pada 14 Desember lalu, tepatnya sekitar pukul tiga sore lebih. Saat itu, anggota Batalyon Zipur 6/SD tengah menjalani latihan rutin di area sebuah perusahaan.
Latihan itu tak berjalan mulus. Menurut Freedy, tiba-tiba ada laporan dari petugas keamanan setempat: sebuah drone terlihat melintas di wilayah yang sedang dipakai untuk latihan militer. Anggota TNI pun bergerak untuk memeriksa.
“Selanjutnya anggota melakukan pengejaran serta mendatangi lokasi orang yang mengopersional drone, ternyata drone tersebut dioperasionalkan 4 orang WNA asal Beijing,” kata Freedy dalam keterangannya, Selasa (16/12).
Keempat warga Beijing itu lalu dimintai keterangan. Situasi saat itu masih bisa dikendalikan. Namun begitu, keadaan berubah drastis dalam sekejap.
Dari arah yang tak terduga, muncul 11 orang WNA lainnya. Mereka diduga langsung melakukan penyerangan. Bukan main-main, mereka membawa parang, airsoft gun, dan bahkan satu alat setrum. Situasi jadi tak seimbang dan berbahaya.
“Menghadapi kondisi tidak berimbang, anggota mengambil langkah taktis dengan menghindari eskalasi konflik dan bergerak kembali ke area perusahaan untuk mengamankan situasi dan melaporkan kejadian ini kepada pimpinan,” sambungnya.
Freedy menegaskan, motif di balik penerbangan drone dan aksi penyerangan mendadak itu masih diselidiki lebih lanjut oleh pihaknya. Semuanya masih gelap.
Artikel Terkait
Humanies Project Bergerak Cepat, Buka Rekrutmen Tenaga Ahli untuk Pemulihan Bencana Sumatera
Lima Mantan Anggota OPM Nyanyikan Indonesia Raya dan Cium Bendera di Intan Jaya
Budaya Sibuk dan Senyum Palsu: Ketika Kerja Berlebihan Dijual sebagai Kesuksesan
Prabowo Beri Sinyal Tegas ke Kepala Daerah Papua: Kerja atau Copot