- Kereta Radin Bungsu karya Aisyah
- Rumah Tua di Tepi Repong Damar karya Triamiyati
- Cepala karya Hazizi
- Batas 40 karya Minarno
- Pulau Daging karya Naomi Ambar Wulan
- Kayu Hujan karya Novian Pratama
- Nisan Luka karya Selsa Alfira
- Hujung Langit karya Mada Elliana
Relevansi Novela di Era Modern
Ari Pahala Hutabarat, kurator dan fasilitator residensi, menekankan pentingnya format novela yang sesuai dengan perubahan pola baca generasi muda. "Novela menjembatani pembaca yang kesulitan dengan karya panjang, namun tetap menawarkan kedalaman cerita," jelas Ari. Ia juga menegaskan perlunya menjadikan budaya Lampung sebagai bahan baku kreativitas sastra modern.
Eksplorasi Budaya Lampung dalam Sastra
Arman AZ, fasilitator diskusi, mengapresiasi kedalaman eksplorasi budaya Lampung dalam delapan novela ini. "Karya seperti Cepala menunjukkan lapisan persoalan ekonomi dan moral yang kompleks, membuktikan budaya Lampung masih menyimpan banyak kisah yang belum terbuka," ujar Arman.
Acara peluncuran turut diisi pembacaan fragmen novela oleh para penulis dan penampilan musik Orkes Bada Isya. Melalui inisiatif ini, Lampung Literature berharap dapat memperkuat posisi Lampung sebagai pusat kreativitas literer Indonesia dan menginspirasi lebih banyak karya sastra yang menggali identitas daerah.
Artikel Terkait
Menguak Tabir Perang Sudan: Perebutan Kekuasaan, Minyak, dan Emas di Balik Konflik Sesama Muslim
Misteri Pembunuhan Mirawati Terungkap: Motif Awalnya Mencuri, Pelaku Tewas Usai Ditangkap
Biaya Haji 2026 Turun Rp 2 Juta, Bisakah Kualitas Layanan Tetap Terjaga?
Menguak Tabir Kereta Cepat: Mengapa Pilihan Indonesia Ternyata Lebih Mahal?