Hingga saat ini, terdapat 12 lokasi yang terdeteksi terkontaminasi Cesium 137. Lima lokasi di antaranya telah berhasil didekontaminasi, sementara tujuh lokasi lainnya masih dalam proses pembersihan. Material hasil dekontaminasi yang telah dipindahkan ke interim storage mencapai volume 222,6 m³ atau setara dengan 371 ton.
Upaya pencegahan penyebaran juga dilakukan melalui pemeriksaan 32.363 kendaraan menggunakan Radiation Portal Monitoring (RPM) oleh BRIN dan KBRN Gegana Brimob Polri. Pemeriksaan ini berhasil mendeteksi kendaraan yang terkontaminasi. Memasuki minggu terakhir, tidak ada lagi kendaraan yang terdeteksi positif, mengindikasikan penurunan penyebaran radioaktif melalui udara di wilayah Cikande.
Dampak pada Kawasan Industri: 22 Pabrik Terpapar
Investigasi lebih lanjut mengungkap bahwa 22 pabrik di kawasan tersebut terdeteksi paparan radiasi Cs-137. Kabar baiknya, 21 pabrik di antaranya telah berhasil didekontaminasi oleh Satgas dan dapat segera beroperasi kembali. Rasio menegaskan komitmen Satgas untuk terus mempercepat proses dekontaminasi sesuai perintah Menteri LH/Kepala BPLH, dengan target seluruh lokasi dinyatakan aman paling lambat pada bulan Desember 2025.
Awal Mula Terungkapnya Kasus Radioaktif Cikande
Kasus kontaminasi radioaktif di Cikande ini pertama kali terungkap setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menolak produk udang impor asal Indonesia pada Agustus 2025 karena terdeteksi terpapar Cs-137. Penyelidikan otoritas Indonesia kemudian menemukan bahwa sumber paparan berpusat di sebuah perusahaan baja di kawasan industri modern Cikande, yang mengenai kontainer pengiriman udang ke AS.
Artikel Terkait
Manado Keluhkan Antrean Panjang BBM Subsidi Jelang Natal 2025
Fosil Homo Erectus Manusia Jawa Akhirnya Pulang Setelah 135 Tahun di Belanda
Mahasiswa Terjerat Budaya Sibuk: Perlukah Kita Berhenti Mengejar Produktivitas Tanpa Henti?
Ngopi dan Gorengan Disorot, Denny Sindir Logika Deforestasi Hasan Nasbi