Tonggak Kedua: Sumpah Pemuda 1928
Tonggak Kedua terjadi pada 28 Oktober 1928 dengan ikrar Sumpah Pemuda. Keputusan Kongres Pemuda Indonesia ini menetapkan jati diri bangsa dengan janji satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Kongres ditutup dengan diperdengarkannya lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya. Sumpah Pemuda sendiri dirumuskan oleh Mohammad Yamin dan disetujui oleh para peserta kongres, menjadi perekat persatuan bagi seluruh pemuda dari berbagai daerah.
Tonggak Ketiga: Proklamasi Kemerdekaan 1945
Tonggak Ketiga adalah puncak dari segala perjuangan: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta, yang saat itu berusia 40-an tahun, membacakan teks proklamasi sebagai representasi dari perjuangan panjang kaum muda selama hampir empat dekade.
Dari Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, hingga Proklamasi 1945, terlihat jelas bagaimana patriotisme kaum muda berperan dalam mengubah nasib bangsa.
Warisan untuk Generasi Selanjutnya
Semangat tiga tonggak sejarah ini terus menginspirasi gerakan-gerakan muda berikutnya, seperti gerakan mahasiswa 1966, 1974, 1978, dan 1998 yang melahirkan Era Reformasi. Buku "Catatan Seorang Demonstran" karya Soe Hok Gie menjadi saksi bisin dan inspirasi bagi angkatan 1966, yang berjuang melawan kekuasaan otoriter.
Pemikiran Gie, "Saya tidak mau menjadi pohon bambu, saya mau menjadi pohon oak, yang bisa melawan angin," mencerminkan jiwa patriotisme kaum muda yang tak gentar. Sejarah membuktikan bahwa semangat ini adalah warisan abadi yang terus relevan dari masa ke masa, mengingatkan kita pada pepatah Belanda: "Siapa menanam angin, akan menuai badai."
Artikel Terkait
Banjir Kaligawe Semarang 6 Hari Tak Surut, Arus Lalu Lintas Tetap Terjebak!
Tragis! Pohon Palem Tua Tumbang di Pondok Indah Tewaskan Pengemudi Lexus, Ternyata Ini Riwayat Kelamnya
Bahlil Lahadalia Didesak Mundur, Skor Publik Minus 151: Sejengkal Pun Saya Tak Akan Mundur!
Misteri Kereta Cepat Whoosh: Boros Dana Negara atau Skandal Hukum Terselubung?