Kucing dan Spiritualitas: Dari Zaman Firaun Hingga Islam
Oleh: Chichi S
Sejak awal peradaban, manusia selalu mencari refleksi dirinya pada makhluk lain. Di antara semua hewan, tatapan kucing memiliki ketenangan yang unik. Mereka tidak hanya melihat dunia fisik, tetapi diyakini mampu menembus batas antara alam nyata dan alam gaib.
Dari Sphinx ke Bastet: Kucing dalam Peradaban Mesir Kuno
Di tanah Mesir kuno, kucing menempati posisi spiritual yang sangat penting. Mereka dianggap sebagai penjaga gerbang antara manusia dan dewa. Orang Mesir menyembah Bastet, dewi berkepala kucing yang melambangkan perlindungan rumah, kesuburan, dan keibuan.
Keyakinan masyarakat Mesir terhadap kesucian kucing sangat mendalam. Siapa pun yang membunuh kucing, bahkan tanpa sengaja, akan menerima hukuman mati. Ketika kucing peliharaan meninggal, seluruh keluarga akan berduka dengan mencukur rambut dan melakukan proses mumifikasi yang serupa dengan pemakaman manusia.
Filosofi di balik pemuliaan kucing ini adalah keseimbangan antara kekuatan dan kasih sayang. Kucing mampu membunuh dengan cakarnya, namun memilih untuk tidur dengan lembut di pangkuan anak kecil. Pelajaran spiritual ini mengajarkan bahwa kekuasaan tanpa kasih hanyalah ketakutan yang terselubung.
Kucing dalam Tradisi Islam: Kasih Sayang Nabi Muhammad
Dalam peradaban Islam, kucing juga menempati posisi terhormat. Kisah Muezza, kucing kesayangan Nabi Muhammad SAW, menjadi bukti kasih sayang beliau terhadap hewan ini. Ketika Muezza tertidur di lengan jubah Nabi, beliau memotong bagian kain tersebut daripada membangunkannya.
Artikel Terkait
Cek Dana Mengendap Rp 4,17 T ke BI: Saya Ancam Berhentikan Pejabat Kalau Ini Benar!
KDM Sok Nantang Purbaya, Eh Malah Kena Batunya! Publik Malah Bela Purbaya
GKI Bongkar Skandal Korupsi PGN: Pertamina Bersih atau Cuma Ganti Baju?
Suami Langsung Cerai Istri Usai Lulus PPPK, Ternyata Ini Risiko Fatal yang Menghantui!