Heboh Pengakuan Mengejutkan WNI di Australia: Gibran Sendiri yang Bilang Tak Lulus Studi di Sydney

- Senin, 29 September 2025 | 19:30 WIB
Heboh Pengakuan Mengejutkan WNI di Australia: Gibran Sendiri yang Bilang Tak Lulus Studi di Sydney


Di tengah pusaran gugatan hukum senilai Rp125 triliun terkait keabsahan ijazahnya, sebuah pengakuan baru yang menyentak datang dari Sydney, Australia.

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah menetap 37 tahun di Negeri Kanguru, Ikhsan Katonde, mengklaim pernah mendengar langsung dari mulut Gibran Rakabuming Raka bahwa ia tidak menuntaskan studinya.

Kesaksian ini sontak menjadi bola panas baru yang kembali mempertanyakan riwayat pendidikan sang Wakil Presiden.

Ikhsan mengaku pernah bertemu dan bahkan menjadi sopir pribadi Gibran saat berkunjung ke Sydney pada tahun 2018.

Dari interaksi intensif itulah, ia mendengar sebuah pengakuan yang kini menggemparkan publik.

Dalam tayangan di kanal YouTube Hersubeno Point pada Minggu (28/9/2025), Ikhsan menceritakan detail pertemuannya dengan Gibran, Selvi Ananda, dan Jan Ethes.

Ia terkejut ketika Gibran secara terbuka bercerita tentang masa-masa kuliahnya di Insearch Language Centre Sydney.

“Gibran bilang sama saya waktu itu, dia sebentar (di Insearch Language Centre Sydney), enggak cukup, enggak selesai karena dia sudah pulang duluan ke Indonesia,” ujar Ikhsan menirukan ucapan Gibran.

Ikhsan menambahkan, pengakuan itu janggal karena program studi di lembaga tersebut normalnya berjalan selama sembilan bulan penuh.

“Tidak diselesaikan. Dia bilang sekitar enam bulanan, lalu sudah pulang ke Indonesia. Jadi ya programnya nggak lama,” tambahnya.

Pengakuan dari Sydney ini seolah menjadi bahan bakar bagi api gugatan yang dilayangkan advokat Subhan Palal di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Subhan menuntut Gibran dan KPU membayar ganti rugi Rp125 triliun karena dugaan penggunaan ijazah yang tidak sah sebagai syarat pencalonan wakil presiden.

Sebelumnya, Gibran telah berulang kali mencoba meredam isu ini. Saat masa kampanye Pilpres 2024, ia sempat menunjukkan dokumen pendidikannya dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan University of Bradford, meski dengan catatan.

“Ini tak bawa ya tapi jangan direkam. Ojo direkam, jangan direkam, mesaake wong tuwo wis nyekolahke (kasihan orang tua yang sudah menyekolahkan),” kata Gibran kala itu.

Ia juga menantang para peragunya, menegaskan bahwa jika ijazahnya palsu, seharusnya sudah dipermasalahkan sejak awal proses pendaftaran di KPU.

“Yo ben cepat selesai, ya ini kan ijazah ini. Kalau palsu seharusnya dipermasalahkan dari awal waktu pendaftaran,” tegasnya.

Namun, narasi pembelaan Gibran kini berhadapan langsung dengan kesaksian Ikhsan Katonde, yang membuat keraguan publik semakin membesar. Di media sosial, perdebatan kembali memanas.

Pegiat media sosial Dokter Tifa menjadi salah satu yang paling vokal menyuarakan kerisauannya.

“Riwayat pendidikan Gibran sangat problematik, rawan scam, potensial fake. Barusan dapat tambahan data fresh dari Australia yang bikin saya geleng kepala. Negara ini sudah bermusibah dengan Presiden berijazah palsu 10 tahun. Masa kita masih tahan dengan penderitaan 5 tahun ke depan gara-gara amburadulitas pendidikan Wapres?” tulisnya di platform X.

Sindiran pedas lainnya bahkan mempertanyakan lokasi kampusnya di Singapura.

“Di ruko sebelah mana dia pernah kuliah di Singapore?” cibir seorang warganet, merujuk pada isu ketiadaan nama Gibran dalam data resmi mahasiswa di laman Imigrasi Singapura.

Sumber: suara
Foto: Riwayat pendidikan Gibran di KPU

Komentar