Ito, dengan mata seorang penyidik, melihat adanya sebuah "lubang" keamanan yang sangat krusial dan berpotensi menjadi kunci masuk pelaku.
Rekaman menunjukkan Arya keluar membuang sampah, berjalan menyusuri lorong, lalu berbelok ke area titik buta (blind spot) kamera.
"Kita tidak bisa melihat di sebelah kanan ini ada apa yang terjadi, apakah ada orang masuk atau tidak. Karena pasti pintunya tidak terkunci kan. Karena korban ini kan akan kembali... Ini kan korban setelah membuang sampah. Oke. Tidak ada sesuatu aktivitas yang bisa mengawasi di sini kecuali CCTV. Sementara CCTV yang di sisi kanan di sini adalah dalam posisi blind spot," papar dia.
Momen singkat di mana Arya berada di blind spot dan pintu kamarnya kemungkinan besar tidak terkunci adalah jendela kesempatan emas bagi siapa pun yang berniat jahat.
Ketidakmampuan CCTV untuk meng-cover area ini menjadi sebuah kelemahan fatal yang bisa dimanfaatkan pelaku untuk masuk tanpa terdeteksi.
Gerak-gerik Janggal Sang Penjaga: Aktor atau Saksi?
Kecurigaan Ito Sumardi semakin menajam saat menganalisis rekaman CCTV yang melibatkan penjaga kos.
Perilakunya dinilai sangat tidak logis untuk seseorang yang diminta tolong oleh istri korban untuk memeriksa keadaan suaminya.
"Dia cuman melihat, dia melihat tidak ada upaya mungkin untuk mengetok gitu ya... Ngapain dia di sana? Nih, ini persepsi saya ya, opini saya. Dia kembali kembali kemudian dia hanya melihat saja."
Ito mempertanyakan mengapa sang penjaga tidak melakukan tindakan paling wajar: mengetuk pintu atau memanggil nama Arya. Kejanggalan tidak berhenti di situ.
"Kemudian yang kedua, pada saat CCTV ini dia akan menunjukkan juga aktivitas membawa pel. membawa pel, tapi dia tidak melakukan pengepelan. Hanya sepintas di satu tempat kemudian dia tinggalkan," ucap Ito.
Aksi membawa alat pel namun tidak digunakan ini memunculkan pertanyaan: apakah ini sebuah alibi atau upaya menutupi sesuatu?
Aksi Mencongkel Pintu dan Penyelidikan yang Terancam Buntu
Terakhir, tindakan mencongkel pintu atau jendela untuk masuk ke kamar korban juga dianggap tidak masuk akal oleh Ito.
"Pertanyaan saya kan kalau membongkar jendela kalau ada pintu yang pakai elektronik biasanya ada masternya kalau di hotel ya," kata Ito.
Sama seperti analisis kriminolog lain, absennya penggunaan kunci master mengindikasikan adanya skenario yang sengaja dibuat rumit.
Analisis dari seorang mantan Kabareskrim ini memberikan bobot yang sangat berat pada teori pembunuhan.
Rangkaian kejanggalan—mulai dari autopsi yang mungkin tidak mendalam, blind spot CCTV yang krusial, hingga perilaku aneh saksi kunci—melukiskan gambaran sebuah kejahatan yang direncanakan, bukan aksi bunuh diri yang impulsif.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Bocoran Strategi PSI: Bukan Cuma Jualan Nama Jokowi, Tapi Ini yang Sebenarnya!
Suami Pertama Anti Puspitasari Terekam CCTV, Inikah Wajah Sang Pembunuh?
Gara-gara Utang Kereta Cepat, Mahfud Ungkap Ancaman China di Natuna!
Polisi Ungkap Komplotan Penculik di Tangsel: Ada Senpi dan Seragam Polisi, Korbannya Pembeli Mobil!