MURIANETWORK.COM - Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari), Habib Umar Alhamid, menyampaikan seruan penting kepada Presiden Prabowo Subianto setelah menjalankan ibadah umrah.
Dalam pernyataannya, Habib Umar mengajak Prabowo untuk melakukan refleksi mendalam dan segera melepaskan beban berat yang selama ini menghambat langkah-langkah strategisnya dalam memimpin bangsa.
Menurut Habib Umar, Prabowo tidak hanya menanggung beban teknokratis berupa program-program belum tuntas, namun juga beban moral dan mental yang sangat berat sebagai pemimpin negara.
Hal ini, menurutnya, bisa menjadi “penyakit” yang memperlemah daya gerak dan memicu kemunduran kepemimpinan nasional jika tidak segera diselesaikan.
“Beban adalah penyakit. Jika tidak segera diselesaikan, ia akan menjatuhkan bukan hanya individu pemimpin, tapi juga masa depan bangsa,” ujar Habib Umar kepada wartawan, Selasa (8/7/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Habib Umar memaparkan lima langkah sakti yang ia sebut sebagai resep untuk “menuntaskan” beban Prabowo dan sekaligus membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
1. Pemerintah Wajib Ringankan Beban Rakyat dan Presiden
Langkah pertama yang ditekankan oleh Habib Umar adalah peran aktif pemerintahan dalam menghilangkan beban rakyat, sekaligus tidak menjadi beban tambahan bagi pemimpinnya.
Pemerintah harus hadir sebagai alat penyelesaian masalah, bukan justru menjadi sumber masalah melalui birokrasi yang lambat, penumpukan konflik internal, atau dominasi kepentingan golongan tertentu.
“Pemerintah seharusnya jadi tim yang meredam, bukan menambah tekanan. Jangan bebani pemimpin dengan laporan yang manis di atas kertas namun pahit di lapangan,” ujarnya.
2. Fokus pada Janji dan Program Kerakyatan
Langkah kedua adalah menyelaraskan fokus kerja Presiden pada janji politik yang disampaikan kepada rakyat.
Menurut Habib Umar, keberhasilan seorang pemimpin tak hanya diukur dari stabilitas kekuasaan, tetapi sejauh mana ia memenuhi janji-janji kerakyatan secara konkret dan menyentuh kehidupan rakyat kecil.
Dalam pandangannya, Prabowo harus menjauh dari narasi simbolik yang kosong dan fokus membumikan visi melalui program-program seperti swasembada pangan, reformasi TNI, dan pelayanan kesehatan universal.
3. Jadilah Pilot Andal: Hentikan Beban dari “Perkawanan”
Habib Umar menggunakan metafora yang menarik dengan menyebut Prabowo sebagai pilot yang tengah mengemudikan pesawat bernama Indonesia.
“Seorang pilot harus mampu take off dan landing dengan selamat. Jangan izinkan teman seperjalanan yang justru memperberat pesawat dengan agenda pribadi,” katanya.
Ia menekankan pentingnya menghentikan praktik “politik perkawanan” yang berpotensi membawa konflik kepentingan dan menghalangi keputusan besar yang seharusnya cepat diambil.
Menurutnya, pengambilan kebijakan strategis harus bebas dari tekanan kelompok tertentu.
4. Hati-Hati Terlalu Mempercayai Satu Orang
Langkah keempat adalah menghindari ketergantungan berlebihan pada satu sosok atau figur dalam pengambilan keputusan negara.
Habib Umar menyoroti bahwa kepemimpinan kolektif yang berbasis profesionalisme lebih kuat ketimbang relasi personal.
“Jika ada seseorang yang terlalu dipercaya, namun diam-diam menggunakan kepercayaan itu untuk manfaat pribadi atau kelompok, maka kehancuran itu hanya soal waktu,” ujar Habib Umar tegas.
Ia mengisyaratkan bahwa Prabowo perlu melakukan evaluasi terhadap lingkaran dalamnya, mengecek kembali siapa saja yang selama ini memberi masukan dan pengaruh terhadap arah kebijakan nasional.
5. Bentuk Tim Profesional dan Setia yang Selalu Berkonsultasi
Langkah terakhir yang ditekankan adalah pembentukan tim yang profesional, setia pada bangsa (bukan pada individu), dan terbuka untuk berkonsultasi secara berkala dengan Presiden.
Habib Umar menyoroti pentingnya membangun inner circle baru yang terdiri dari pakar-pakar multidisiplin, tokoh agama, dan anak-anak muda yang mumpuni secara intelektual dan spiritual.
“Bangun kabinet bayangan di sekitar Anda, Pak Presiden. Bukan untuk oposisi, tapi untuk refleksi dan evaluasi. Agar Presiden tidak berjalan sendiri,” ujarnya.
Habib Umar menyampaikan bahwa momentum usai ibadah umrah bisa menjadi tonggak penting bagi Prabowo untuk melakukan “bersih-bersih” — baik terhadap dirinya sendiri, lingkungan istana, maupun sistem pemerintahan secara menyeluruh.
Ia menyebut, kesucian spiritual yang dibawa dari tanah suci harus ditransformasikan dalam bentuk reformasi nyata di tanah air.
“Insya Allah, jika lima langkah ini dilakukan, kepulangan dari Tanah Suci akan membawa berkah bukan hanya bagi pribadi Presiden, tapi untuk rakyat dan bangsa Indonesia,” pungkas Habib Umar.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
VIRAL Beathor Suryadi Minta Maaf ke Prof Paiman: Tuduhan Ijazah Jokowi Palsu Mulai Runtuh?
Viral Gegara Video Dewasa dengan Bocah, Siapakah Andini Permata?
Anak Pejabat Propam Bawa Mobil Dinas dan Antar Guru Penjelasan Polda Sumut Bikin Netizen Geleng Kepala
Bilangnya Tercipta 3,6 Juta Lapangan Kerja, Istana Justru Sarankan Masyarakat ke Luar Negeri: Merantau Budaya Kita