Namun bagi Rocky, pendekatan ini terlalu dangkal dan tidak mengatasi akar permasalahan tentang pola pemikiran anak.
"Mengirim anak ke barak itu dangkal. Itu hanya mendisiplinkan tubuh, bukan mengasah pikirannya," katanya.
Ia menilai bahwa pendidikan karakter seharusnya berakar pada penguatan logika, wawasan sosial, dan pemahaman nilai, bukan semata pelatihan fisik.
Program barak ini pun dipandang Rocky sebagai contoh dari kebijakan yang kuat secara simbolik tetapi lemah dalam aspek konseptual.
"Simbolisme bisa kuat di publik, tapi apa esensi di baliknya? Itu yang seharusnya kita evaluasi," tambahnya.
Respons Warganet
Pernyataan Rocky Gerung pun memicu beragam reaksi dari masyarakat di media sosial.
Ada yang mendukung kritik tersebut sebagai bentuk pengawasan terhadap pemimpin populis, tetapi tak sedikit pula yang menilai Rocky terlalu sinis.
"Gue jadi gak respek sama Rocky Gerung setelah omongannya ke KDM," komentar seorang warganet @Andri Binar.
"Sudahkah bapak nyalon jadi presiden? Kan bapak sangat pintar. Saya siap mendukung bapak," tambah @Cau Saturuy.
Ada juga warganet yang malah menyindir balik Rocky Gerung atas pernyataannya tersebut.
"Kalau Anda bisa mengkritik, pasti Anda juga tahu bagaimana menjalankan pemerintahan, bukan?" kata @Anang Suryana.
Dalam dinamika demokrasi, perbedaan pandangan seperti ini tentu menjadi bagian yang tidak terhindarkan.
Namun, kritik semacam yang dilontarkan Rocky Gerung menunjukkan perlunya masyarakat untuk tidak hanya terpukau oleh citra pemimpin, tetapi juga mengkaji substansi kebijakan mereka.
Sumber: poskota
Foto: Kolase Dedi Mulyadi dan Rocky Gerung/Net
Artikel Terkait
Erick Thohir Sudah Minta Maaf, Tapi Kenapa Banyak yang Masih Marah?
Prabowo Tegaskan Tak Bayar Utang Kereta Cepat: Warisan Jokowi atau Beban Baru?
Raja Juli Bocorkan Inisial R yang Akan Gabung ke PSI, Siapa Dia?
Korban Jiwa Berjatuhan: Ledakan Misterius Guncang Pabrik Bom di AS