Respons seorang pemimpin terhadap kritik adalah cerminan dari karakter, nilai-nilai yang dipegang, serta bagaimana ia memahami perannya dalam demokrasi. Dalam konteks pernyataan “ndasmu” yang dilontarkan oleh Prabowo Subianto sebagai presiden, muncul perdebatan di masyarakat mengenai apakah kata tersebut pantas diucapkan oleh pemimpin tertinggi negara.
Dalam budaya Indonesia, khususnya dalam adat ketimuran, kesantunan dalam bertutur kata merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi. Pemimpin, sebagai figur publik dan teladan, diharapkan menunjukkan kebijaksanaan dalam bersikap, termasuk dalam merespons kritik. Ketika Prabowo mengatakan “ndasmu” dalam menanggapi kritik, ada kesan bahwa respons tersebut tidak mencerminkan etika komunikasi yang baik, terutama untuk seorang kepala negara.
Kritik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari demokrasi. Rakyat berhak menyampaikan pendapat mereka terhadap kebijakan atau tindakan pemimpin. Seorang pemimpin yang bijaksana akan menjadikan kritik sebagai bahan refleksi dan sarana untuk memperbaiki kebijakan yang diambil. Merespons kritik dengan kata yang bernada merendahkan dapat memunculkan persepsi bahwa pemimpin tidak terbuka terhadap masukan, bahkan menunjukkan kecenderungan arogan.
Selain itu, ucapan seperti “ndasmu” bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan verbal yang merendahkan pihak lain. Dalam dunia politik, komunikasi memiliki peran penting, bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan kebijakan, tetapi juga sebagai cerminan dari kepribadian dan cara pandang seorang pemimpin. Kata-kata yang terkesan kasar atau meremehkan dapat menciptakan preseden buruk dalam komunikasi politik di Indonesia.
Artikel Terkait
Erick Thohir Sudah Minta Maaf, Tapi Kenapa Banyak yang Masih Marah?
Prabowo Tegaskan Tak Bayar Utang Kereta Cepat: Warisan Jokowi atau Beban Baru?
Raja Juli Bocorkan Inisial R yang Akan Gabung ke PSI, Siapa Dia?
Korban Jiwa Berjatuhan: Ledakan Misterius Guncang Pabrik Bom di AS