Gerakan Perempuan Sulut Soroti Kasus Mahasiswi UNIMA: Tabir Kekerasan Seksual di Kampus Terbuka
MANADO – Kematian seorang mahasiswi Universitas Negeri Manado (UNIMA) di Minahasa bukan sekadar tragedi biasa. Bagi Gerakan Perempuan Sulawesi Utara (GPS), peristiwa ini seperti membuka pintu yang selama ini terkunci rapat. Di baliknya, tersembunyi banyak sekali kasus kekerasan seksual yang kerap terjadi di lingkungan perguruan tinggi.
Selepas kasus ini ramai dibicarakan, suasana seolah berubah. Banyak mantan mahasiswi yang akhirnya berani bicara. Mereka bercerita tentang pengalaman tak mengenakkan saat masih kuliah dulu perlakuan tidak senonoh yang harus mereka terima.
Selama ini, rasa takut yang mencekam membuat mereka diam. Ada kecenderungan dari pihak kampus, seolah lebih memilih untuk menyembunyikan kasus-kasus semacam ini ketimbang menanganinya dengan terbuka.
Koordinator GPS, Pdt Ruth Ketzia, menegaskan bahwa situasi ini sudah tak bisa lagi diabaikan. Kekerasan seksual di kampus harus jadi perhatian serius. Masalahnya, banyak korban masih tertekan, terutama karena relasi kuasa yang timpang antara dosen atau pimpinan kampus dengan mahasiswa.
Artikel Terkait
Tahun Baru Tanpa Kembang Api, Masyarakat Pilih Doa dan Donasi
Surabaya Menyambut 2026: Dari Taman Bungkul yang Ramah Keluarga Hingga Keriuhan Jalan Tunjungan
Pimpinan Negara Pantau Malam Tahun Baru, Situasi Dinyatakan Kondusif
Duka di Balik Reruntuhan, Yusra Bangkit Jadi Penolong di Tengah Luka