Edi Kemput: Suara Gitar dan Hati Nurani
Industri musik kita? Seringkali cuma soal glamor panggung dan gebyar popularitas. Tapi coba lihat sosok Triwitarto Edi Purnomo, atau yang lebih akrab disapa Edi Kemput. Bagi gitaris rock papan atas ini, musik jauh lebih dalam dari sekadar bunyi yang merdu. Ia menjadikannya alat kepedulian, ruang untuk refleksi, dan yang paling kuat sebuah tanggung jawab moral.
Lahir di Samarinda, 10 April 1966, perjalanan Edi mengikuti denyut musik Indonesia sejak era 80-an. Semuanya berawal polos saat ia masih duduk di bangku SMP. Lagu pertama yang ia mainkan? Bukan riff rock keras, melainkan “Naik-naik ke Puncak Gunung”.
“Lagu pertama yang saya mainkan itu lagu anak-anak Naik-naik ke Puncak Gunung,” kenangnya sambil tersenyum.
Dari situ, jarinya mulai lincah berpindah akor, perlahan merambah ke lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap. Sebuah awal yang sederhana untuk sebuah perjalanan panjang.
Dari Surabaya ke Panggung Rock
Memasuki SMA Negeri 2 Surabaya, seleranya mulai berubah. Ia dan kawan-kawannya mulai tertarik pada musik instrumen, mengagumi Bujana dan band Squirrel. Mereka memainkan karya-karya Indra Lesmana sampai Casiopea. Tapi Edi enggan menyebutnya jazz.
“Kalau dibilang jazz terlalu luas. Kami menyebutnya lagu-lagu instrumen,” ujarnya.
Kuliah di Ilmu Komunikasi Unitomo pun tak bertahan lama. Dunia kampus terasa terlalu sempit. Saat itu, industri musik sudah mengetuk pintunya dengan lebih keras.
Titik baliknya terjadi tahun 1984. Ia bergabung dengan Grass Rock. Nama band itu punya filosofi: ‘grass’ yang artinya tumbuh di mana saja, harapan agar musik mereka bisa diterima semua kalangan. Mereka menempuh jalan yang keras, blusukan dari festival ke festival.
Hasilnya? Juara 1 Log Zelebour 1986 adalah puncaknya. Prestasi personal juga mengalir: Edi meraih The Best Guitarist dua kali. Puncak pengakuan lainnya adalah ketika Grass Rock dipercaya jadi band pembuka tur God Bless di sepuluh kota. Saat itulah mereka resmi dianggap sebagai bagian dari elite rock nasional.
Melalui lima album, lagu-lagu seperti “Peterson (Anak Rembulan)” dan “Bersamamu” menjadi hits yang melekat. Mereka berdiri sejajar dengan God Bless, SAS, atau Elpamas.
Melampaui Batas Genre
Namun nama Edi Kemput tak cuma melekat pada satu band. Ia dikenal sebagai gitaris serba bisa, additional player yang diandalkan. Ia pernah berkolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra, ikut proyek bersama Chrisye, Krisdayanti, hingga Iwan Fals.
“Yang paling mempengaruhi saya itu Erwin Gutawa. Dia membuka cara pandang bermusik yang lebih luas,” tuturnya.
Artikel Terkait
Lampung Ramai, Penumpang Kereta Melonjak Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
Hijau yang Tersisa Menuntut Pertanggungjawaban: Ranah Minang di Balik Tirai Bencana
Balap Liar Dini Hari di Kalimalang Berujung Maut
Kodim Mimika Genap 29 Tahun, Syukuran Sederhana Penuh Makna