Konsumennya ada terus sepanjang tahun, tanpa libur. Menu apapun yang disajikan, pasti diterima dengan baik. Nggak ada yang komplain soal rasa atau harga, soalnya gratis.
Dari sisi administrasi, katanya lebih ringan. Tidak ada audit yang rumit. Imbasnya, risiko tersangkut delik korupsi pun bisa dihindari.
Kesimpulannya, bisnis ini dipromosikan sebagai usaha yang legal dan, sekali lagi, "gacor".
Memang terdengar seperti mimpi di siang bolong. Tapi, dalam iklim bisnis yang serba tak pasti, wajar jika banyak yang melirik model seperti ini. Tinggal pertanyaannya, siapa yang mau jadi penyedia makanannya, dan siapa yang jadi konsumennya? Itu cerita lain lagi.
Artikel Terkait
Gubernur Sumsel Blusukan ke Gereja, Pastikan Natal Aman dan Kondusif
Kardinal Suharyo Serukan Natal 2025 untuk Korban Bencana Sumatera
Air Mata Syukur Ibu Asrika di Sekolah Rakyat, dari Hampir Putus Sekolah ke Cita-cita Pilot
Dari Buta Aksara ke Rangking Tiga, Kisah Nazril di Hadapan Gus Ipul