Di tengah upaya penanganan bencana di Sumatera, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan permintaan maaf. Maaf itu ditujukan atas berbagai kekurangan yang dirasakan masyarakat, termasuk munculnya aksi pengibaran bendera putih di Aceh. Tito tak menampik bahwa masih ada celah dalam respons pemerintah.
Namun begitu, ia punya cara pandang tersendiri tentang bendera putih itu. Bagi Tito, itu bukan sekadar kain. Itu adalah suara hati warga, sebuah aspirasi yang harus didengar. Pemerintah, tegasnya, mencoba memahami setiap kritik dan tuntutan yang datang dari mereka yang kini terdampak.
"Mengenai tadi mengenai pengibaran bendera putih ya, jadi inilah menurut kami wujud aspirasi warga dalam menghadapi situasi bencana yang dialami," ujar Tito.
Dia melanjutkan, "Kami mendengar, pemerintah mendengar, memahami berbagai kritik masukan dan sikap masyarakat dan upaya pemerintah Indonesia dalam penanganan bencana di Sumatra."
Pernyataan itu disampaikannya dalam konferensi pers tanggap bencana di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat lalu.
Memang, jalan menyalurkan bantuan tak selalu mulus. Kendala logistik dan medan yang sulit jadi hambatan nyata. Tapi Tito memastikan, semua itu sedang diupayakan. Pemerintah punya kewajiban untuk bekerja lebih keras, memperbaiki kinerja, dan segera memenuhi kebutuhan mendesak.
Artikel Terkait
Komisioner KPU Badung Buang Sampah ke Got, Empat Gelar Penghargaan Dicabut
Ijazah Berbeda, Polda Dituding Main Kucing-kucingan di Tengah Malam
Amir Hamzah Desak Prabowo Ganti Tito, Dinilai Ancam Hubungan dengan Malaysia
Infak Jumat Berkumpul Rp80 Miliar, Solidaritas Muhammadiyah untuk Korban Banjir Sumatera