Di halaman Gereja Katolik St Theresia Bongsari, Semarang, suasana Kamis siang itu terasa berbeda. Anggota relawan Piring Kasih sibuk membagikan hidangan kepada warga yang sudah berdatangan. Mereka tak sekadar menyerahkan makanan gratis, tapi juga mengenakan kupluk Natal merah dan kostum sinterklas yang ceria, menambah semarak suasana.
Menurut sejumlah saksi, aksi sosial ini sudah jadi rutinitas mingguan. Setiap Kamis, gereja menyediakan sekitar 400 porsi makanan untuk dibagikan.
“Ini upaya kami untuk meringankan beban saudara-saudara yang membutuhkan,” jelas salah seorang relawan, sambil menata nasi bungkus di meja panjang. “Sekaligus, tentu saja, untuk mempererat kerukunan.”
Di sisi lain, kegiatan ini punya nuansa yang lebih dalam. Selain sebagai bentuk kepedulian sosial, ia juga menjadi perwujudan toleransi antarumat beragama. Momentum menyambut Natal 2025 pun terasa kental, memberikan makna tambah pada setiap bungkus makanan yang dibagikan.
Warga yang hadir tampak antusias. Ada yang langsung menyantap hidangannya di tempat, ada pula yang membawanya pulang. Suasana hangat dan tawa riang para relawan dalam kostum sinterklas seolah mengaburkan garis antara pemberi dan penerima semua terlibat dalam kebersamaan yang sederhana namun bermakna.
Artikel Terkait
SIM Keliling Bandung Kembali Hadir, Cek Lokasi dan Syaratnya
Patah Hati yang Kupilih: Kisah Cinta Ben dan Alya Terbelah Agama dan Anak
Menguak Dua Wajah Hukum: Ketika Hakim Berburu Fakta di Balik Bukti
Jejak Panjang Gus Yahya dan Koneksi Global yang Mengoyak PBNU