Medannya terjal, cuacanya ekstrem. Tapi setelah berjibaku selama lima belas hari, tim teknis PLN akhirnya berhasil menyambung kembali jalur transmisi listrik utama dari Sumatera Utara menuju Aceh. Kunci percepatannya ternyata ada pada sebuah inovasi darurat: memanfaatkan crane atau alat berat sebagai menara listrik sementara.
Tanah yang labil pascabencana membuat pembangunan tiang permanen mustahil dilakukan dengan cepat. Maka, langkah taktis pun diambil. Crane dialihfungsikan menjadi penopang darurat, demi satu tujuan: agar listrik segera mengalir ke rumah-rumah warga yang terdampak.
Demikian pernyataan yang diunggah PLN di akun Instagram resminya, Kamis lalu. Persoalannya bermula dari robohnya lima tower dan rusak beratnya tujuh tower lainnya di Kabupaten Aceh Tamiang, diterjang banjir bandang dan tanah longsor. Akibatnya, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Langsa-Pangkalan Brandan pun lumpuh. Padahal, itu adalah jalur utama pengiriman listrik dari Sumut ke Aceh.
Nah, pada Rabu (17/12) kemarin, perjuangan itu membuahkan hasil. Personel di lapangan, yang harus bertarung dengan cuaca buruk yang tak kenal henti, bisa bernapas lega.
tambah pernyataan PLN tersebut.
Menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo yang memimpin langsung operasi ini, tantangan terbesarnya justru bukan hal teknis semata. Faktor alam lah yang paling menguji. Bayangkan saja, material harus dimobilisasi secara manual lewat jalur berlumpur yang sama sekali tak bisa dilalui kendaraan.
Artikel Terkait
Polda Metro Jaya Tunjukkan Ijazah Asli Jokowi di Hadapan Para Tersangka
Korban Tewas Banjir-Longsor Sumatera Tembus 1.068 Jiwa
Bantuan Rp 2 Juta dari Kemendikbud untuk Guru Korban Banjir Aceh dan Sumatera
Israel Tercatat Sebagai Pembunuh Terbesar Jurnalis untuk Tahun Ketiga Berturut-turut