Di sisi lain, modus operandi sindikat ini ternyata cukup rapi. Mereka bikin website yang tampak resmi, seolah-olah dikelola oleh dokter spesialis kandungan. Website itulah yang jadi umpan untuk menjaring korban.
"Masyarakat yang lihat website itu jadi percaya. Padahal, itu cuma kedok," kata Edy menerangkan.
Lokasi praktiknya pun tidak tetap. Sindikat ini kerap berpindah-pindah untuk mengelabui aparat. "Tempatnya mobile. Pernah di Bekasi, lalu di Jakarta Timur. Mungkin ada tempat lain lagi yang kami selidiki," ujarnya.
Biasanya, mereka cuma menyewa apartemen harian atau mingguan. Sewanya singkat saja, tergantung jumlah pasien yang harus ditangani. "Cuma satu atau dua hari, tidak lama. Setelah itu pindah lagi," pungkas Edy.
Untuk sekarang, fokus polisi adalah memanggil dan memeriksa seluruh nama yang terdata. Satu per satu.
Artikel Terkait
Gatot Nurmantyo Tuding Kapolri Bangkang Konstitusi Lewat Perpol 10/2025
Didu Desak Prabowo Lakukan Operasi Kedaulatan untuk Rebut Indonesia dari Oligarki dan Asing
Polisi Ungkap Pelaku Pembakaran Kalibata, Kerugian Capai Rp 1,2 Miliar
Ledakan di Zaporizhzhia: 26 Terluka, Apartemen Berubah Jadi Puing Berasap